GenPI.co - Hamas dan Fatah membuat kemajuan yang menggembirakan dalam pembicaraan baru-baru ini di ibu kota China untuk mendorong rekonsiliasi, kata Kementerian Luar Negeri China pada Selasa.
Dilansir AP News, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, memberikan sedikit rincian pada briefing hariannya.
Namun pertemuan di Beijing tersebut merupakan upaya terbaru China untuk memposisikan dirinya sebagai perantara di Timur Tengah sebagai alternatif terhadap Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, yang paling sering dianggap mendukung Israel.
Lin mengatakan perwakilan kedua kelompok tersebut diundang oleh China dan “baru-baru ini datang ke Beijing untuk melakukan dialog yang mendalam dan jujur mengenai promosi rekonsiliasi Palestina.”
Dia mengatakan mereka “berdiskusi mengenai banyak isu spesifik dan mencapai kemajuan yang menggembirakan.”
Hamas telah dikepung oleh Israel di Gaza sejak melancarkan serangan pada 7 Oktober di Israel selatan, sementara pemerintahan Fatah di Tepi Barat berada di bawah tekanan berat di tengah meningkatnya kehadiran Israel, perekonomian yang tidak sehat, dan meluasnya tuduhan korupsi.
“Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan proses dialog ini guna mencapai solidaritas dan persatuan Palestina sejak dini,” kata Lin.
“Mereka sangat menghargai dukungan tegas China terhadap perjuangan adil rakyat Palestina dalam memulihkan hak-hak nasional mereka yang sah, berterima kasih kepada pihak China atas upayanya membantu memperkuat persatuan internal Palestina dan mencapai kesepakatan mengenai ide-ide untuk dialog di masa depan,” katanya.
Hamas telah mengatakan selama lebih dari 15 tahun bahwa mereka dapat menerima kompromi dua negara dengan Israel, namun menolak mengatakan bahwa mereka akan mengakui Israel atau menghentikan perjuangan bersenjata melawannya.
Bagi Israel dan negara-negara lain, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, itu adalah bukti bahwa Hamas masih berkomitmen untuk menghancurkan Israel.
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah bergabung dengan Israel dalam menghindari kelompok militan, yang mereka labeli sebagai organisasi teroris.
Hubungan antara Hamas dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas Fraksi Fatah telah lama tegang.
Pada tahun 2006, setelah Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina, Hamas mengadakan pembicaraan dengan Otoritas Palestina mengenai pemerintahan persatuan.
Selama perundingan, Ismail Haniyeh, yang sekarang menjadi pemimpin politik utama Hamas, mengatakan bahwa kelompok tersebut mendukung negara Palestina sesuai dengan garis tahun 1967 “pada tahap ini, tetapi sebagai imbalan atas gencatan senjata, bukan pengakuan.”
Kedua kelompok tersebut akhirnya mencapai kesepakatan di mana pemerintah persatuan, termasuk Hamas, akan “menghormati” perjanjian perdamaian Otoritas Palestina dengan Israel.
Ini adalah formula yang memungkinkan Hamas untuk tidak menerima perjanjian tersebut dan mengakui Israel. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News