GenPI.co - Setiap kali filantropis AS Amed Khan kembali ke Ukraina, ia memulainya dengan menyampaikan belasungkawa bagi mereka yang tewas dalam perang sejak kunjungan terakhirnya.
Dilansir AP News, selama dua setengah tahun terakhir, kelompoknya telah memberikan lebih dari USD 50 juta dalam bentuk bantuan kepada warga sipil dan tentara yang berjuang untuk bertahan hidup dari invasi Rusia. Beberapa di antaranya sudah mati.
Bagi Khan, seorang pejabat pemerintah AS yang beralih menjadi filantropis, mereka yang ia dukung sudah seperti keluarga.
Ia bepergian untuk menemui mereka di garis depan dan di kota-kota yang dilanda perang.
Kedekatannya dengan mereka yang bertahan hidup dalam perang juga membuatnya merasakan penderitaan dan kehilangan yang mereka alami secara langsung.
"Saat Anda terlibat langsung dengan orang lain, Anda merasakan sakitnya perang," katanya, beberapa saat setelah bertemu dengan seorang ayah yang selamat dari pemboman yang menewaskan putranya.
Khan dan banyak warga Amerika lainnya di seluruh spektrum politik AS yang mendukung upaya perang Ukraina, baik melalui bantuan keuangan maupun pertempuran sukarela, mengatakan AS, sekutu utama Ukraina, belum berbuat cukup banyak untuk membantu Ukraina mengalahkan Rusia.
Mereka meragukan pemilihan umum AS hari Selasa akan mengubah hal itu.
“Sejak perang dimulai, Amerika Serikat memang berhasil menggalang dukungan sekutu untuk Ukraina, tetapi tidak dengan cara yang seharusnya,” kata Khan, yang bekerja pada kampanye pemilihan kembali Presiden Bill Clinton pada tahun 1996.
“Jadi keyakinan saya adalah bahwa strategi mereka bukanlah agar Ukraina menang dan Rusia kalah.”
Ia berbicara kepada The Associated Press selama akhir pekan di wilayah Kharkiv timur, salah satu dari beberapa perhentian di rute yang direncanakannya, semuanya terletak di sepanjang garis depan.
AS telah memberikan bantuan militer senilai lebih dari $59,5 miliar sejak Rusia menginvasi pada tahun 2022.
Namun, banyak yang mengatakan potensi Kyiv sering kali terhalang oleh politik Amerika. Pejabat Ukraina mengatakan bahwa senjata yang dijanjikan sering kali terlambat datang.
Permintaan Zelensky agar diundang bergabung dengan NATO dan izin untuk menggunakan senjata sumbangan Barat guna menyerang lebih jauh ke Rusia telah ditanggapi dengan hati-hati oleh pemerintahan Demokrat Presiden Joe Biden karena kekhawatiran akan eskalasi dengan Rusia yang bersenjata nuklir. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News