GenPI.co - Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pasukan PBB di Lebanon selatan bertekad untuk tetap bertahan.
Dilansir AP News, bukan hanya karena mandatnya untuk memantau serangan oleh Israel dan Hizbullah tetapi karena kepergian pasukan penjaga perdamaian kemungkinan berarti fasilitas PBB akan diambil alih oleh salah satu pihak yang bertikai.
"Itu akan sangat buruk karena banyak alasan, termasuk persepsi ketidakberpihakan dan netralitas PBB," kata Jean-Pierre Lacroix dalam sebuah wawancara PBB pada hari Jumat.
Pada awal serangan terakhir Israel pada awal Oktober, Israel meminta pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai UNIFIL untuk mundur 5 kilometer (3 mil) dari perbatasan Lebanon demi keselamatan mereka, tetapi PBB menolaknya.
“Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL akan tetap tinggal,” kata Lacroix.
“Mereka bertahan dan bertekad untuk terus melakukan apa yang menjadi mandat mereka.”
Fasilitas UNIFIL, termasuk menara observasi, telah terkena serangan dan Lacroix mengatakan delapan pasukan penjaga perdamaian telah terluka sejak operasi darat Israel dimulai pada 1 Oktober. Semuanya telah pulih.
Dalam insiden terbaru, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pasukan Israel memblokir patroli UNIFIL di dekat desa Hula, tidak jauh dari perbatasan Israel.
PBB sangat mengingatkan para pihak tentang kewajiban mereka untuk memastikan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB memiliki kebebasan bergerak tanpa batas di wilayah operasi selatan mereka, kata Dujarric.
Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB telah mencatat lebih dari 842.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Lebanon sejak Oktober 2023.
Perkiraan dari Bulan Sabit Merah Arab Suriah mengatakan 469.000 pria, wanita dan anak-anak telah meninggalkan Lebanon dan menyeberang ke Suriah sejak 23 September, kata Dujarric. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News