GenPI.co - Kota Wuhan, China, sangat populer bagi masyarakat dunia. Ya, kota asal pertama virus corona itu bagaikan kota mati.
Kini, perlahan-lahan kota yang sempat di-lockdown mulai menggeliat tak lagi mencekam.
Tidaklah mengherankan jika kemudian masyarakat yang berada di tengah wilayah daratan China itu menyambut sukacita mana kala status tersebut dicabut.
BACA JUGA: Jelang Berlaku PSBB Bogor, Jalur Puncak-Cianjur Ramai Kendaraan
Mereka berduyun-duyun di sekitar akses keluar-masuk perbatasan, pagar stasiun, terminal keberangkatan bandar udara, dan portal jalan bebas hambatan beberapa saat sebelum dibuka kembali pada 8 April.
Suasananya kontras dengan 76 hari sebelumnya. Saat itu mereka terjebak dalam cekaman di antara bayang-bayang kematian sanak saudara, orang-orang tercinta, petugas medis, aparat keamanan, dan profesi lainnya karena virus tersebut tidak mengenal kasta dan latar belakang seseorang.
Pada hari pertama pembukaan kembali Wuhan itu tercatat 624.300 warga setempat telah menggunakan jasa transportasi umum.
Dinas Perhubungan Kota Wuhan menyebutkan pada hari pertama itu terdapat beberapa moda transportasi umum, seperti 346 unit bus, perahu, kereta metro bawah tanah (subway), dan taksi yang beroperasi.
Pemkot Wuhan juga mencatat 52.000 orang juga meninggalkan kota dengan kereta api, pesawat dan bus. Mereka dari berbagai kota di China yang terjebak di Wuhan saat krisis COVID-19.
Sesuai jadwal yang tertera di Stasiun Kereta Api Wuhan, kereta jurusan Nanning, Daerah Otonomi Guangxi, merupakan kereta pertama yang berangkat pada hari-H pencabutan lockdown.
Qi Shi sempat menyita perhatian orang-orang yang lewat karena jaket musim dingin (yurongfu) yang dikenakannya ketika Wuhan sudah memasuki musim semi yang hangat.
"Saya tidak membawa apa pun selain dua yurongfu. Siapa yang mengira kalau saya akan terjebak di sini selama lebih dari 80 hari?" ujarnya seperti dikutip Global Times.
Saat terperangkap di Wuhan, pria asal Guizhou itu tidak hanya terbebani masalah finansial, melainkan juga tekanan psikologis yang sangat berat.
Dia menganggur dan putus asa dalam isolasi di tengah lingkungan yang sama sekali asing baginya selama dua bulan lebih.
"Saya mengeluh dan mengutuk. Namun, begitu mendengar berita tentang pencabutan ini, hati saya seperti mau keluar dari kerongkongan," kata Qi yang akhirnya dapat menggendong kembali putranya yang berusia dua tahun.
Dua hari menjelang pencabutan lockdown Wuhan, di China dilaporkan tidak ada kasus baru covid19 dan tidak ada kematian.
BACA JUGA: Mulai Senin, Pelanggar PSBB di Jakarta akan Kena Sanksi
Pasien dalam kondisi kritis juga turun hingga di bawah angka 200 orang dan ini merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak wabah tersebut terjangkiti pada Desember 2019, demikian Komisi Nasional Kesehatan China (NHC).
"Namun, China masih menghadapi kasus impor sehingga menambah tantangan dan tugas pencegahan serta pengendalian makin sulit," kata Mi Feng selaku juru bicara NHC. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News