GenPI.co - Joe Biden terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Donald Trump setelah mendapat perolehan suara 290 elektoral.
Perolehan suara tersebut telah melebihi batas minimal untuk memenangkan kontestasi yakni 270. Suara tersebut bersumber dari warga pemilih dari 50 negara bagian di AS.
BACA JUGA: Ngeri Ramalan Gerak Logam Mulia, Harga Emas Antam Kembali Ngegas
Kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris yang menjadi pemimpin atas Amerika Serikat selanjutnya, rupanya memiliki strategi yang matang.
Dengan strategi jitu, keduanya mampu mengalahkan Donald Trump dengan kemenangan yang telak.
Data realtime The Associated Press hingga Minggu (8/11/2020), menunjukkan bahwa Biden berhasil meraup 290 electoral college dan Donald Trump sebanyak 214 electoral college.
Apa saja strategi Joe Biden, berikut rinciannya dirangkum dari sejumlah sumber.
Pertama, menyasar kelas pekerja.
Biden meletakan dasar untuk kampanyenya, ia memusatkan perhatian pada pemilih kelas pekerja.
Kedua, meningkatkan pemilih yang tidak terpengaruh.
BACA JUGA: Pilpres AS: Deretan Fakta Kamala Harris, Calon Wapres Joe Biden
Tujuan Biden melakukan hal ini guna mendorong jumlah pemilih di daerah perkotaan, juga pinggiran kota agar tetap memberikan suaranya.
Ketiga, membidik pemilih kulit hitam.
Pada waktu yang sama tim kampanye Biden mengetahui bahwa mereka harus melakukan usaha lebih ekstra guna mendorong pemilik kulit hitam memilih, khususnya paling setia dari partai Demokrat.
Ini bukan pertama kalinya. Biden pernah melakukan hal ini pada bulan Februari lalu saat ia berjuang untuk memberikan kemenangan menuju nominasi.
Keempat, mengembalikan suara Arizona untuk memilih Partai Demokrat.
Kelompok Demokrat kembali mendapatkan banyak suara di Arizona, yang mendukung presiden dari Partai Demokrat. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News