Pendukung Trump Ricuh di Gedung Kongres, 1 Orang Meninggal Dunia

07 Januari 2021 12:44

GenPI.co - Ratusan pendukung Presiden Donald Trump membuat ricuh di gedung Kongres Capitol, Amerika Serikat, Rabu (6/1/20201). Hal tersebut dilakukan dalam upaya membatalkan kekalahan Trump atas Presiden terpilih Joe Biden pada Pilpres 2020.

Dilansir BBC, Kamis (7/1/2021) insiden penyerbuan massa pendukung Trump ke Capitol Hill berlangsung ricuh. Mereka mengibarkan atribut MANGA hingga bendera AS, para pendemo ini kompak menolak kekalahan Trump.

BACA JUGA: Kasus Covid-19 Turun, Inggris Mulai Buka Lockdown Secara Bertahap

Pengunjuk rasa lalu nekat menyerbu masuk ke gedung Capitol Hill. Polisi yang berada di gedung Capitol Hill bahkan sampai mengacungkan senjata untuk menghalau masuk massa. Namun sayang, tak dihiraukan.

Polisi kemudian mengevakuasi anggota parlemen dan berusaha membersihkan Gedung Capitol dari pengunjuk rasa. Para senator juga dikunci di dalam lantai dua gedung Capitol saat para pengunjuk rasa berhasil masuk.
 
Sementara, seorang pengunjuk rasa yang berhasil menduduki ruang kongres dan berteriak, "Trump memenangkan pemilihan itu." Para pengunjuk rasa membalikkan barikade dan bentrok dengan polisi ketika ribuan orang turun ke halaman Capitol.

Polisi kemudian menghalau pengunjuk rasa dari tangga Capitol dan bekerja untuk mendesak mereka keluar dari gedung. Hingga akhirnya, polisi terpaksa menembakkan gas air mata di dalam gedung kongres AS tersebut. Dan, setelahnya Gedung Capitol dinyatakan aman dari pengunjuk rasa.

Kepala Kepolisian Metropolitan Washington, Robert Contee mengatakan massa menggunakan bahan kimia yang membuat pedih terhadap polisi hingga membuat beberapa di antaranya mengalami luka.

Selain itu dilaporkan juga bahwa di tengah-tengah kericuhan terjadi, ada satu wanita tertembak dan dinyatakan meninggal dunia. Belum diketahui secara pasti identitas wanita ini. Apakah dari para pejabat AS atau pendemo. Wanita ini tertembak tepat pada bagian dadanya. Sedikitnya 5 orang, termasuk petugas juga telah dilarikan ke rumah sakit.

Polisi juga menemukan alat peledak improvisasi di halaman Capitol. Petugas sedang dalam proses menghancurkan perangkat dan tidak jelas apakah mereka berfungsi. Setidaknya satu terbuat dari bagian kecil pipa galvanis.

Seorang pejabat di kantor lapangan FBI di Washington menerangkan ada dua alat peledak telah ditemukan dan salah satunya ditemukan di markas RNC. Tak hanya itu, Kepolisian Washington juga mengumumkan ada lima senjata api yang ditemukan.
 
“Dua alat peledak yang dicurigai telah diamankan oleh FBI dan mitra penegakan hukum kami. Investigasi sedang berlangsung saat ini," ungkap juru bicara lembaga itu.

Menurut Capitol Historical Society bahwa peristiwa ini merupakan serangan paling menghancurkan terhadap bangunan sangat penting tersebut sejak militer Inggris membakarnya pada 1814 silam.

Peristiwa kerusuhan itu berkecamuk setelah Trump, yang sebelum pemilu menolak menyerahkan kekuasaan secara damai jika dirinya kalah, ia berpidato di hadapan ribuan pendukungnya.

Dalam pidatonya, Trump mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilihan presiden telah dirampas darinya akibat kecurangan dan penyimpangan yang meluas.

BACA JUGA: Akhirnya, Jack Ma Tak Dipenjara dan Dibunuh, Begini Kondisinya

Twitter lantas membatasi para pengguna untuk membagikan lagi video Trump. Sementara itu, Facebook menghapus semua video tersebut untuk menghindari kemunculan risiko kekerasan.

Presiden terpilih, Joe Biden mengatakan, aksi pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol, memecahkan jendela, mengambil alih kantor, dan menginvasi Kongres ini dianggap bukan sebagai unjuk rasa, melainkan ini pemberontakan, huru-hara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co