Dibunuh Pemberontak, Jasad Pasukan Perdamaian Ditemukan Membusuk

16 Januari 2021 23:13

GenPI.co - Seorang penjaga perdamaian ditemukan tewas dengan kondisi yang cukup memprihatinkan setelah kabarnya dibunuh oleh pemberontak di dekat kota Grimari di Republik Afrika Tengah (CAR).

Sementara, dua tentara lainnya terluka ketika pejuang dari koalisi kelompok pemberontak melakukan dua penyergapan terhadap pasukan penjaga perdamaian dari Burundi dan Bangladesh.

BACA JUGA: Tinggalkan Washington, Trump Kemasi Barang Bersiap Pulang Kampung

Dilansir Aljazeera, Sabtu (16/1/2021) penjaga perdamaian itu sedang melakukan operasi keamanan di sekitar Grimari, 200km (120 mil) timur laut ibu kota Bangui, namun terjadi penyergapan tiba-tiba hingga saling menyerang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan serangan itu mungkin merupakan kejahatan perang dan menyerukan agar para pelakunya dibawa ke pengadilan.

Dia juga menegaskan kembali keprihatinannya yang mendalam atas upaya destabilisasi yang terus berlanjut oleh kelompok-kelompok bersenjata di seluruh negeri.

"Kami menyerukan kepada semua pihak segera untuk menghentikan kekerasan dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui cara-cara damai," jelasnya.

Peningkatan tajam dalam kekerasan dalam beberapa minggu terakhir telah memaksa lebih dari 60.000 orang meninggalkan negara itu, mencari perlindungan di Kamerun, Republik Demokratik Kongo, dan negara tetangga lainnya.

Kongo telah menerima jumlah pengungsi tertinggi, sekitar 50.000 sejak Desember, termasuk 10.000 yang tiba pada Rabu (14/1/2021) ketika koalisi pemberontak melancarkan serangan di pinggiran ibu kota.

Selain Kongo, Kamerun juga mengalami peningkatan jumlah keluarga, terutama perempuan dan anak-anak, yang berasal dari Republik Afrika Tengah.

BACA JUGA: Ngeri, 12 Militer Afghanistan Tewas Ditembak Mata-mata Taliban

“Awalnya saat mereka masuk, mereka bilang itu gerakan preventif, mereka takut karena teringat akan kekerasan yang mereka alami pada 2013,” kata juru bicara badan pengungsi PBB di Kamerun, Helen Ngoh Ada.

“Akhir-akhir ini, mereka yang datang mengatakan bahwa mereka pada dasarnya trauma, dan mereka mengalami beberapa bentuk pelecehan, pelanggaran hak asasi manusia, dan itulah mengapa mereka melarikan diri,” lanjut ungkap dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co