Nahas, 43 Imigran Tewas di Libya, Baunya Menyengat!

21 Januari 2021 19:01

GenPI.co - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan 43 migran dan pengungsi tewas.

Mereka menemukan puluhan mayat itu mengenaskan dengan kondisi sudah mengeluarkan bau menyengat dalam kapal karam di lepas pantai Libya, Rabu (20/1/2021).

BACA JUGA: Rakyat Tunisia Demo Besar-besaran, Tuntut Ini ke Pemerintah

Dilansir dari Aljazeera, Kamis (21/1/2021) ini menjadi peristiwa tragis pertama tahun 2021 di Mediterania Tengah, di mana lebih dari 17.000 telah tenggelam sejak 2014.

Dalam pernyataan bersama, IOM dan UNHCR mengatakan kapal itu berlayar dari kota Zawiya diduga dilaporkan tenggelam karena cuaca buruk.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa 10 orang yang selamat - kebanyakan dari Pantai Gading, Nigeria, Ghana dan Gambia - dibawa kembali ke darat oleh otoritas Libya.

Libya bertindak sebagai pintu gerbang utama bagi para migran dan pengungsi Afrika yang berharap bisa mencapai Eropa. Konflik di negara itu membuat orang-orang melaut.

Rute Mediterania Tengah digambarkan oleh UNHCR sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia, satu dari enam orang yang meninggalkan pantai Afrika Utara pasti meninggal dunia.

Umumnya migran ini naik perahu karet tipis atau perahu nelayan reyot, penuh sesak dengan para migran yang berharap bisa mencapai pantai Eropa untuk mencari suaka.

Beberapa melarikan diri dari konflik atau penganiayaan, sementara ratusan ribu migran yang telah diselamatkan di laut dalam beberapa tahun terakhir melarikan diri dari kemiskinan.

Selain jumlah korban adalah orang-orang yang secara paksa dikembalikan ke Libya, yang digambarkan sebagai neraka oleh mereka yang selamat dari cobaan saat transit.

Sejak Februari 2017, setidaknya 36.000 orang telah dicegat oleh penjaga pantai Libya dan dikembalikan ke negara Afrika Utara itu, menurut data PBB.

Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 90 juta euro ($ 100 juta) untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya untuk menghentikan penyeberangan.

Investigasi Associated Press mengungkapkan Uni Eropa mengirim lebih dari 327,9 juta euro ($ 373,8 juta) ke Libya, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.

BACA JUGA: Pesan Terakhir Donald Trump Bikin Joe Biden Meleleh

Negara-negara Uni Eropa seperti Italia dan Malta telah sering menolak izin berlabuh ke kapal penyelamat kemanusiaan.

Menurut data kementerian dalam negeri Italia, telah terjadi peningkatan jumlah orang yang mencoba mencapai Italia dengan setidaknya 31.000 kedatangan pengungsi pada tahun 2020, dibandingkan dengan hampir 10.000 orang pada periode yang sama tahun lalu.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co