GenPI.co - Amerika Serikat melakukan serangan udara militer pertama era Presiden Joe Biden di Suriah timur pada hari Kamis (25/2/2021) lalu, namun telah menuai kritik di Timur Tengah.
Militer Amerika Serikat mengatakan melakukan serangan terukur terhadap fasilitas di Suriah timur yang digunakan oleh milisi yang didukung Iran, sebagai tanggapan atas serangan roket terhadap sasaran AS di Irak.
BACA JUGA: Bahaya, Biden Mendadak Serang Psikis Iran, Isinya Bikin Ambyar
"Serangan udara itu disengaja dan ditujukan untuk mengurangi situasi secara keseluruhan di Suriah timur dan Irak," kata juru bicara Pentagon, John Kirby dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (1/3/2021).
Sementara, kritikan tersebut datang dari Seyyed Mohammad Marandi, seorang profesor sastra Inggris dan orientalisme di Universitas Teheran mengatakan langkah tersebut menunjukkan bagaimana Biden dan presiden terdahulunya, Donald Trump sama.
Suriah mengatakan serangan udara adalah tindakan pengecut dan mendesak Biden untuk tidak mengikuti "hukum hutan".
"Suriah mengutuk keras serangan pengecut AS di daerah-daerah di Deir al-Zor dekat perbatasan Suriah-Irak," kata Kementerian Luar Negeri Suriah..
Sedangkan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan serangan udara itu adalah "agresi ilegal" dan pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional.
CEO dari konsultan risiko politik Stratega, Hillary Mann Leverett, menambahkan meski serangan udara mengirimkan pesan tentang kesetiaan pemerintahan Biden di kawasan itu, mereka tidak akan meredakan situasi di Timur Tengah.
“Pemerintahan Biden mencoba menggambarkan serangan militer pertama ini sebagaimana diukur dengan berkonsultasi dengan sekutu. Tapi ini tidak akan mengurangi apapun," jelasnya.
Selain itu, Mary Ellen O’Connell, seorang profesor di Sekolah Hukum Notre Dame, mengkritik serangan AS sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa memperjelas bahwa penggunaan kekuatan militer di wilayah negara berdaulat asing adalah sah hanya sebagai tanggapan atas serangan bersenjata di negara pertahanan yang menjadi tanggung jawab negara sasaran," katanya.
Sebelumnya, AS juga mendapatkan serangan pada 15 Februari lalu, roket menghantam pangkalan militer AS yang bertempat di Bandara Internasional Erbil di wilayah yang dikelola Kurdi, dan menewaskan beberapa orang.
BACA JUGA: Sabda PBB ke Israel Bawa Hawa Panas Menggelora, Dunia Pecah
Serangan lain menghantam pangkalan yang menampung pasukan AS di utara Baghdad beberapa hari kemudian, melukai setidaknya satu kontraktor.
Roket menghantam Zona Hijau Baghdad beberapa hari lalu, yang menampung kedutaan AS dan misi diplomatik lainnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News