GenPI.co - Pembelaan Megawati Soekarnoputri ke Presiden Jokowi dikomentari pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga. Aksi Mega dianalisis semuanya.
Jamiluddin menyoroti aksi pasang badan Megawati terkait berbagai perlakuan tidak mengenakkan dan kritik tak beretika yang ditujukan pada Presiden Joko Widodo.
Dia berpendapat orang yang rela pasang badan demi menangkal kritik mencirikan dirinya belum siap berdemokrasi.
"Jadi, kalau ada anak bangsa yang harus pasang badan untuk menangkal kritik, itu mengindikasikan yang bersangkutan belum siap berdemokrasi," ujarnya.
Bagi dia, siapa yang tidak siap dengan berisiknya demokrasi, maka orang yang bersangkutan secara alamiah akan tersingkir.
"Semoga Megawati tidak termasuk yang gagap dengan berisiknya demokrasi hingga harus sampai mau pasang badan," katanya.
Jamiluddin pun merasa heran kenapa Megawati melayangkan pernyataan seperti itu di saat dia mengetahui bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.
"Karena itu, sangat aneh bila Megawati meminta kritik harus konstruktif atau yang ada solusinya. Padahal tidak ada aturan yang mewajibkan hal itu," kata Jamiluddin, Kamis, 19 Agustus 2021.
Megawati sebelumnya meminta agar oknum tersebut duduk bersama Jokowi dan bicara secara baik-baik di mana letak kegagalan sang pemimpin.
Dalam hal ini, Megawati diduga meminta agar kritik disampaikan secara konstruktif dan solutif.
“Saya hanya ingin orang itu datang baik-baik bertemu Pak Jokowi. Kegagalannya di mana dan konsep dari orang itu supaya tidak gagal seperti apa,” tutur Megawati. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News