Masuknya PAN ke Koalisi Istana Mengubah Dinamika Politik 2024

29 Agustus 2021 00:20

GenPI.co - Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia Democratic Policy, Satyo Purwanto, memberi tanggapan terkait masuknya Partai Amanat Nasional (PAN) ke dalam koalisi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurutnya, tidak ada urgensinya melakukan pelebaran koalisi tersebut. Oleh sebab itu, dirinya menduga ada niat lain dari PAN untuk masuk ke dalam lingkar istana.

“Masuknya PAN bukan pula karena adanya kebutuhan resuffle dalam waktu dekat, namun peta baru ini juga akan banyak mempengaruhi konstelasi politik 2024,” ujar Satyo Purwanto kepada GenPI.co, Sabtu (28/8).

BACA JUGA:  Tidak Ada Bayang-Bayang Amien Rais, PAN Merasa Bebas

Satyo menduga PAN bergabung dengan koalisi pemerintah karena hal tersebut merupakan jalan yang paling mudah untuk menyiasati degradasi dari merosotnya aspek elektoral.

“Trend PAN terus menurun pasca pemilu 2014, bahkan kini mereka pun menghadapi tantangan 'bedol kader' karena banyak yang migrasi setelah berdirinya Partai Umat pimpinan Amien Rais,” katanya.

BACA JUGA:  Jokowi Ajak PAN Bergabung di Koalisi, Pengamat: Percuma!

Kendati demikian, Satyo tidak terlalu yakin bahwa PAN bisa mendapatkan popularitas yang signifikan. Salah satu alasannya, menurut Satyo karena pemerintah belum cukup sukses.

“Bayangkan jika nanti ternyata koalisi oposisi yang menang? PAN akan mengalami kontraksi hebat dan akan terkapar dihantam presidential treshold 4 persen,” ujar Satyo Purwanto.

BACA JUGA:  Isu Reshuffle Usai PAN Jadi Koalisi, Fadjroel Rachman Bersuara

Di sisi lain, ahli hukum tata negara Refly Harun menilai ada 2 hal yang mungkin terjadi setelah PAN masuk ke koalisi istana. Pertama yakni ada kemungkinan bertujuan untuk amendemen konstitusi.

“Sehingga kekuatan pemerintah menjadi mutlak. Anggora DPD banyak yang berasal dari partai politik, yang independen justru gampang ditarik,” tuturnya.

Oleh sebab itu, menurut Refly mudah bagi Jokowi untuk mengubah konstitusi kalau bermaksud untuk 3 periode dengan merealisasikan Jokpro (Jokowi-Prabowo).

“Jokowi Prabowo Nantinya tidak akan punya lawan. Memang di peraturan KPU itu tidak jelas bagaimana kalau seandainya tidak ada calon,” lanjutnya.

Menurut Refly, koalisi istana akan menciptakan calon boneka di antara 7 partai yang sudah bergabung di pemerintahan Jokowi.

“Tinggal diciptakan 1 tandungan dari 7 parpol yang ada di kolam istana. Maka terjadilah satu lawan satu, hasilnya sudah bisa ditebak bahwa Jokowi Prabowo yang akan memenangkan pertarungan,” ujar Refly Harun.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co