GenPI.co - Kader senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno merespons keras pernyataan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang mempertanyakan banyaknya patung Proklamator RI Soekarno, sementara patung Presiden ke-2 RI Soeharto cs hilang dari Markas Kostrad.
Hendrawan Supratikno menjelaskan, bahwa patung tokoh nasional merupakan wujud dari literasi sejarah masyarakat.
"Keberadaan patung tidak boleh dipahami seperti kita memahami mode atau fesyen, tetapi makna simbolik yang dipancarkan," jelas Hendrawan Supratikno dalam keterangannya, Kamis (30/9).
"Dalam alam demokrasi, ketika akses terhadap informasi tidak terdistorsi, ketika memori kolektif masyarakat mengalami proses penjernihan, patung mengekspresikan literasi historis masyarakat," jelasnya.
Hendrawan Supratikno mengungkapkan, di masa lalu ada upaya mendegradasi peran Soekarno dalam sejarah bangsa Indonesia.
Dia menyebutkan, upaya itu dilakukan demi melanggengkan kekuasaan.
"Kita pernah mengalami era di mana peran dan jasa Bung Karno berusaha didegradasi. Politik sejarah diintervensi kepentingan melanggengkan kekuasaan," ungkap Hendrawan Supratikno.
"Di era terbuka seperti sekarang, masyarakat rindu orientasi kebangsaan yang otentik, kepada narasi negara bangsa yang orisinal," imbuhnya.
Sementara itu, Anggota DPR RI Fadli Zon menegaskan, bahwa pendiri Republik Indonesia bukan hanya didirikan oleh Presiden Soekarno saja.
Fadli Zon mengungkapkan, ada sejumlah tokoh yang menjadi figur penting dalam berdirinya negara ini.
"Soekarno dan Hatta adalah Proklamator, "DWITUNGGAL". Jangan seolah Republik ini didirikan oleh Soekarno saja," jelas Fadli Zon dikutip GenPI.co dari Twitter pribadinya, @fadlizon, Jumat (1/10).
"Ini saya bangun patung pendiri Republik tahun 2017: Soekarno-Hatta-Syahrir-Tan Malaka. Masih banyak para pejuang lain yang belum diakui, apalagi dihargai," sambung Fadli Zon.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News