Pimpinan MPR Minta Jokowi Copot Sri Mulyani, Makin Panas

06 Desember 2021 05:40

GenPI.co - Peneliti Formappi Lucius Karus menilai bahwa permintaan pimpinan MPR kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberhentikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sangat berlebihan.

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad menilai bahwa Sri Mulyani tak cakap dalam mengatur kebijakan pemerintahan karena anggaran MPR untuk tahun ini dipotong.

Selain itu, Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan bahwa Sri Mulyani tak hadir saat diundang untuk rapat di gedung parlemen.

BACA JUGA:  Air Rebusan Daun Mengkudu Campur Madu Dahsyat Banget, Cespleng

"Kalau hanya alasan itu saja, permintaan MPR ini terlalu berlebihan. Orang cuma tak hadir rapat dua kali saja, itu pun ada alasan jelas," tegas Lucius Karus dalam diskusi “MPR vs SMI, Seteru Jelang Reshuffle”, Minggu (5/12).

Lucius Karus pun mempertanyakan bagaimana bisa dua pimpinan parlemen negara itu bisa menyimpulkan, bahwa Sri Mulyani melecehkan lembaga MPR dan pantas untuk diberhentikan.

BACA JUGA:  Air Rebusan Serai Campur Kunyit Khasiatnya Dahsyat, Wow Banget

Oleh karena itu, Lucius Karus menduga ada alasan lain di balik permintaan pemberhentian Sri Mulyani oleh pimpinan MPR.

"Ada pertimbangan politik lain yang mendorong perseteruan antara MPR dengan Menkeu. Ada huru-hara politik lain yang tak terbaca oleh publik," ungkapnya.

BACA JUGA:  Air Rebusan Jahe Campur Bawang Putih Khasiatnya Bikin Terbelalak

Menurut Lucius Karus, kegaduhan yang diciptakan pimpinan MPR berkaitan dengan momentum dugaan akan dilakukan kembali perombakan kabinet.

"Tak mungkin tak ada agenda lain dari MPR terkait ribut-ribut ini. Namun, memang publik hingga hari ini belum tercerahkan apa maksud perseteruan ini," jelasnya.

Sementara itu, Peneliti Exposit Strategic Arif Susanto menilai bahwa ada hal yang tak dipahami oleh MPR dari pernyataan dua pimpinan lembaga parlemen negara itu.

Menurut Arif, ada pula kemungkinan para anggota dan pimpinan MPR ingin menambah uang saku menjelang libur akhir tahun.

"Ini yang tak dipahami oleh MPR, karena pemotongan anggaran itu memang ditujukan untuk mengobati negara yang sedang sakit terkena pandemi covid-19," katanya.

Arif menilai bahwa pihak yang menjadi provokator dari huru-hara tersebut sebagai sontoloyo.

"Pasalnya, ada situasi yang berbeda serta alasan kuat di belakang pengurangan dan penambahan anggaran," pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co