KoDe Inisiatif Beber Kelemahan Pemilu Berbasis Blockchain

08 Juni 2022 13:40

GenPI.co - Peneliti KoDe Inisiatif Ihsan Maulana membeberkan sejumlah kelemahan pemilu berbasis blockchain.

Menurut Ihsan, meski bisa menghemat anggaran, pemilihan umum elektronik berbasis blockchain berpeluang memicu distrust skala besar.

Dia mengatakan penggunaan pemilu elektronik tanpa kajian matang dan regulasi kuat bisa memunculkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil pemungutan suara.

BACA JUGA:  Populi Center: 40% Warga Indonesia Tak Tahu Pemilu Serentak 2024

"Beberapa negara yang sudah menggunakan e-voting saja mulai meninggalkannya," ujar Ihsan kepada GenPI.co, Senin (6/6).

Lebih lanjut, Ihsan menilai banyak yang menganggap e-voting tidak efektif dan efisien.

BACA JUGA:  Jelang Pemilu 2024, Survei Populi Center Pertahankan Netral

Seian itu, menurut Ihsan, potensi efek buruknya bisa lebih luas.

"Penggunaan e-voting juga punya dasar hukum yang jelas pada UU Pemilu di Indonesia," tambahnya.

BACA JUGA:  Populi Center: Elektabilitas Erick Thohir Rendah di Pemilu 2024

Ihsan mengatakan sangat terburu-buru jika berbicara e-voting untuk kepentingan Pemilu 2024.

Dia mengatakan hal itu berkaca dari kesiapan SDM yang dimiliki, mulai penyelenggara, masyarakat, hingga parpol.

"Semua itu apa sudah siap?" tutur Ihsan.

Ihsan pun menegaskan usulan e-voting belum memiliki persiapan sama sekali. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co