GenPI.co - Pengamat Politik dan Komunikasi Jamiluddin Ritonga merespons soal publik yang kini beranggapan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa kali mendapat pengkhianatan.
Pasalnya, Partai Gerindra pernah mengusung Joko Widodo (Jokowi) pada Pilkada DKI Jakarta 2012 dan Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta 2019.
Keduanya bahkan berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Namun, Prabowo malah “terkhianati” dan berhadapan dengan Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019.
Saat ini, Prabowo kembali dihadapi dengan Pilpres 2024 yang kemungkinan akan berhadapan dengan Anies.
Jika hal itu terjadi, pengkhianatan yang diterima Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019 bisa terulang kembali pada Pilpres 2024.
Jamiluddin menilai hal tersebut menjadi nilai plus bagi Prabowo.
"Sebab, dia mampu melihat potensi kepemimpinan seseorang dan mengantarkannya menjadi pemimpin yang diperhitungkan di tanah air," ujar Jamiluddin kepada GenPI.co, Jumat (7/10).
Saat ini karier Jokowi melejit dan menjadi presiden dua periode.
Meski kerap mendapat kritik, Jokowi setidaknya mampu memimpin negeri yang besar dan heterogen.
"Anies juga terbukti mampu memimpin Jakarta dengan berbagai prestasi dan dia didapuk oleh Nasdem menjadi bakal calon presiden," tuturnya.
Akademisi dari Universitas Esa Unggul itu menilai, meski Prabowo harus berhadapan dengan Jokowi dan Anies, tentu tidak ada yang perlu dipersoalkan.
Baik Jokowi maupun Anies tidak melanggar hukum atau etika politik.
"Prabowo harusnya bangga telah mengantarkan orang-orang pilihannya menjadi pemimpin di tanah air," ungkapnya.
Jamiluddin menilai Prabowo memang tulus saat mengusung Jokowi dan Anies pada Pilkada DKI Jakarta.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News