Pratikno Diserang Habis-habisan, Pakar: Ada Motif Kepentingan Politik

06 Februari 2024 00:00

GenPI.co - Pakar politik Prabu Revolusi menilai serangan bertubi-tubi yang dituju kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak lepas dari adanya motif kepentingan politik.

Nama Praktikno menjadi menjadi pusat perhatian ketika dituduh sebagai penggerak langkah politik untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu termasuk dalam usaha untuk memfasilitasi pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden, yang muncul setelah keputusan Mahkamah Konstitusi.

BACA JUGA:  Pratikno Mendadak Lempar Angin Segar untuk BPKH dan Menag Yaqut

Tuduhan tersebut dibahas secara kritis oleh salah satu media ternama di Indonesia lewat artikel opini mereka.

Transisi Pratikno pun disorot yang bermula sebagai rektor dari sebuah universitas hingga akhirnya terjun ke dunia politik.

BACA JUGA:  Mensesneg Pratikno Pimpin Upacara Pemakaman Tjahjo Kumolo

Pratikno juga dianggap sebagai manifestasi dari peringatan Otto Von Bismarck tentang bagaimana politik dapat merusak karakter seseorang.

Melihat hal tersebut, Prabu Revolusi selaku pakar politik Indonesia turut buka suara.

BACA JUGA:  Pratikno: Mahfud MD Ajukan Permohonan Waktu Bertemu Jokowi

Pria yang juga dosen Komunikasi Politik Pascasarjana di Universitas Paramadina itu menyampaikan pandangannya dan mengkritik pemberitaan tersebut dengan menekankan pentingnya konteks politik yang sensitif saat ini, khususnya menjelang pemilu.

“Perlu dipahami bahwa konteksnya pemberitaan beredar di tahun atau periode yang sangat sensitif politik saat ini. Semua tahu beberapa hari ke depan akan ada pencoblosan, sehingga sangat memungkinkan motif pemberitaan seperti ini," ucap Prabu dari rilis yang diterima GenPI.co, Senin (5/2).

Lebih lanjut, Prabu Revolusi juga menyoroti kemungkinan adanya kepentingan politik dari serangan tersebut.

"Ada motif kepentingan politik, tetapi saya ingin membahas dari sisi etika jurnalistik terlebih dahulu,” tutur Prabu.

Prabu menyoroti perlunya jurnalisme yang etis, yang harus berbasis pada data dan fakta yang dapat diverifikasi serta sumber yang kredibel.

“Jika memang pemberitaan yang diangkat itu betul-betul memiliki kepentingan bagi publik sehingga narasumbernya terancam nyawa, misalnya, jika diungkapkan maka narasumbernya harus anonim,” ujarnya.

“Tetapi jika seperti itu maka sangat disarankan ruang redaksi tersebut atau pemberitaan tersebut mencantumkan dari mana informasi itu berasal,” tambahnya.

Prabu mempertanyakan timing dari pemberitaan, dan mengatakan bahwa berita tanpa dasar yang kuat dapat dianggap sebagai gosip atau upaya untuk mempengaruhi opini publik menjelang pemilihan.

Hal inilah yang membuat Prabu mengingatkan tentang pentingnya membedakan antara fakta dan opini dalam jurnalisme.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co