Ngeri! Setelah Menguak PKI, Gatot Nurmantyo Terus Diserang

01 Oktober 2020 03:21

GenPI.co - Sepekan terakhir ini Mantan Panglina TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo seakan menjadi berita trending di tanah air. Setelah mengeluarkan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar kembali memutar film Pengkhianatan G30S/PKI dan meminta agar DPR mencabut RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP).

Kini, Gatot yang merupakan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) malah banyak mendapatkan serangan, seperti yang terekam dalam kegiatan KAMI di Kota Surabaya, Senin (28/9).

BACA JUGA: Amien Rais Membeber Fakta Mengejutkan, Jokowi Tersudut

Acara Gatot dibubarkan polisi dengan alasan karena tidak mengantongi izin keramaian. 

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko membenarkan bahwa pihaknya membubarkan kegiatan yang berlangsung di beberapa tempat di Surabaya seperti di Gedung Juang 45, di Gedung Museum Nahdlatul Ulama (NU) dan di Gedung Jabal Noer. 

Terbaru, puluhan pedemo memprotes kedatangan Gatot Nurmantyo ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (30/9).

BACA JUGAMenjebak Gatot Nurmantyo dan KAMI, Istana Terlibat...

Anehnya, massa pedemo sebagian besar masih remaja. Bahkan, puluhan pedemo itu akhirnya kocar-kacir setelah didatangi oleh sejumlah ormas yang turut serta dalam kegiatan tabur bunga di makam pahlawan revolusi.

Awalnya, orator yang sebelumnya menggebu-gebu menyindir Gatot dan pendukungnya, mendadak diam. Muka mereka mulai panik.

Sebab, sejumlah ormas yang berkumpul di lokasi, seperti Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan (FKPPI) dan ormas lain mendekat ke arah kerumunan demo.

BACA JUGA8 Ramuan Ajaib Ini Khasiatnya Ampuh Bikin Asam Urat Ambrol

Beberapa mobil pedemo akhirnya putar arah, bermaksud meninggalkan lokasi ke arah Cililitan.

Namun, dua mobil pedemo terlanjur terjebak massa. Massa pun mencoba menyerang puluhan pedemo yang ada di dalam mikrolet tersebut.

Wajah-wajah pendemo berusia remaja itu panik. Sementara anggota TNI dan polisi terus mencoba menghalau massa.

BACA JUGA: Amien Rais Bongkar Aib Jokowi, Mengerikan!

Saat massa dicegah TNI, remaja yang ada di dalam mikrolet ngacir. Sementara, mikrolet yang mereka gunakan ditinggalkan begitu saja.

Nyatanya, sosok Gatot ternyata memiliki magnet yang kuat, hingga terasa begitu banyak aksi-aksi untuk menghalangi segala kegiatannya dengan berbagai cara.

Pasalnya, kedatangan Mantan Panglima TNI bersama para rekannya yang tergabung dalam Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara ke Taman Makam Nasional Utama Kalibata untuk melakukan tabur bunga dan doa bersama, juga mendapatkan halangan dari Komandan Kodim (Dandim) Jakarta Selatan.

BACA JUGATak Percaya, 3 Zodiak Banjir Rezeki Secara Ajaib di Bulan Oktober

"Ini di makam pahlawan ya, Anda punya Sapta Marga sumpah prajurit, Anda bertanggungjawab kepada Tuhan YME bahwa kami purnawirawan akan menghormati para pahlawan yang jadi korban G30S/PKI," tegas Gatot saat dihalangi Dandim Jakarta Selatan, Kolonel Inf Ucu Yustia.

Dandim menegaskan, dia hanya melaksanakan tugas dan tidak beemaksud melarang Gatot dan para purnawirawan untuk nyekar ke makam pahlawan.

"Kami hanya menjalankan tugas agar sesuai dengan protokol kesehatan," jawab Kolonel Ucu.

BACA JUGA: Mantu Jokowi Tebar Janji Bombastis di Medan

Setelah terjadi perdebatan alot, akhirnya rombongan diperbolehkan masuk dengan syarat per kelompok maksimal 30 orang.

Laksanama Madya (Purn) Suharto selaku Ketua Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara yang sedang membacakan pernyataan sikap di depan sejumlah ormas juga sempat dicegah oleh Dandim.

Damdim mencoba merebut kertas yang berisi pernyataan sikap P2KN sehingga sempat menimbulkan kericuhan kecil.

Laksdya Suharto menerangkan, P2KN terdiri dari para purnawirawan baik Pati, Pamen Pama dan Bintara Tamtama, akan berkomitmen menjaga kedaulatan bangsa dan berjalan seiringan bersama masyarakat.

Melihat aksi penolakan, pembubaran, dan pengusiran terhadap Gatot, deklarator KAMI Din Syamsuddin menilai aparat kepolisian belum menegakan hukum secara adil. 

Din mengungkap hal tersebut terkait dengan pembubaran silaturahmi acara KAMI di Surabaya, Senin (28/9) kemarin. 

"Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa aparat penegak hukum atau Polri belum bertindak secara profesional dan berkeadilan," kata Din kepada JPNN.com, Rabu (30/9). 

Menurut Din, tindakan aparat ke KAMI memunculkan perasaan tidak adil. 

Sebab, polisi membiarkan demonstrasi yang dihadiri ratusan massa yang menolak silaturahmi KAMI di tempat dan waktu yang sama. 

"Pada peristiwa Surabaya, Polri justru masuk ke dalam ruangan membubarkan acara KAMI yang menerapkan protokol kesehatan, sementara kelompok yang menolak KAMI dibiarkan berkerumun dan beragitasi di luar dan melanggar protokol kesehatan," jelas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Selain itu, kata Din, insiden pembubaran silaturahmi KAMI ini menandakan terdapat kelompok antidemokrasi dan bersikap radikal. 

Kelompok itu yang berwawasan eksklusif dengan kecenderungan menolak keberadaan kelompok lain. 

"Mereka tidak memahami bahwa keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dijamin oleh konstitusi. Kalau ada ketaksetujuan terhadap pikiran atau gagasan, seyogianya dihadapi dengan pikiran dan gagasan pula," beber Din. 

"Sebagai gerakan kaum cerdik dan pandai yang mengedepankan akal pikiran, pendukung KAMI dianjurkan untuk menyambut penolakan dan ujaran kebencian dengan senyuman," pungkas dia.

Sementara itu, pengamat Rocky Gerung menilai bahwa ada strategi tertentu yang diarahkan untuk menjebak Gatot dan gerakan KAMI. 

Tujuannya adalah agar gerakan yang diinisiasi oleh Gatot dan sejumlah tokoh lainnya itu tidak dapat berjalan mulus.

"Kelihatannya Gatot dijadikan new covid, gagal berantas covid, mau berantas Gatot," beber Rocky Gerung dalam video di akun YouTube-nya yang berjudul Skenario Menjadikan Gatot Nurmantyo New Covid-19 yang diunggah Senin (28/9).

Menurut Rocky, jika strategi ini dilakukan pemerintah untuk menjegal langkah KAMI yang berada di jalur oposisi, tak akan berpengaruh banyak. 

Rocky juga memprediksi dalam beberapa hari ke depan pemberitaan tentang Gatot akan ramai dimunculkan.

"Upaya untuk mengepung Gatot hanya mungkin berhasil kalau politik moral ada juga di Istana. Nah soal ini kalau yang menjebak moralnya jauh di bawah, ya nggak akan terpengaruh jadi saya bisa lihat mungkin dua hari ini segala isu tentang Gatot juga akan dimunculkan ulang," jelas Rocky.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan
PKI   Gestok   1 Oktober   Gestapu   Gatot Nurmantyo   Din Syamsuddin   KAMI   Istana   PDIP   Jokowi  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co