Skenario Istana Bungkam FPI dan Habib Rizieq Sukses Besar

13 Desember 2020 11:40

GenPI.co - Front Pembela Islam (FPI) beserta Imam Besar Habib Rizieq Shihab seolah tak pernah lepas dari intervensi Pemerintahan Joko Widodo.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi massa tersebut seolah dibungkam dan diberangus.

BACA JUGA: Ngeri! Komnas HAM Punya Temuan Baru, Misi Lain Intelijen Terkuak

Tak hanya ceramah Habib Rizieq saja yang ditakuti oleh Istana, setiap propaganda FPI pun membuat Istana merasa waswas.

Bahkan, kanal YouTube Front TV yang notabene merupakan corong dari FPI pun kena takedown tanpa diberikan peringatan atau alasannya.

Menanggapi soal hilangnya kanal YouTube Front TV, Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengaku kanal tersebut di takedown pada hari setelah reuni 212, Rabu (2/12).

BACA JUGA: Takdirnya Bakal Kaya, Besok 4 Zodiak Mulai Bergelimang Uang

"Menurut teman-teman pengelola, ada yang men-takedown. Saya belum mendalami apakah takedown-nya ini officialy dilakukan oleh otoritas atau hacker yang disuruh oleh otoritas," beber Munarman Rabu, (9/12).

Menurut Munarman, subscribers di kanal YouTube Front TV berkisar seratus ribu. Angka tersebut tergolong banyak meskipun kanal tersebut baru dibuat. Dia pun menyatakan bahwa banyak penonton dalam kanal tersebut.

"Yang nonton (Front TV) banyak, takut teridentifikasi, tetapi mereka mengintip informasi," ujarnya.

BACA JUGA: Khasiat Rebusan Jahe Ternyata Bisa Bikin Wanita Melongo

Munarman mengatakan bahwa kejadian ini tidak hanya dilakukan kepada kanal YouTube saja, melainkan media sosial lain yang membahas soal Imam Besar FPI Habib Rizieq.

"Menurut saya takedown seperti ini tidak hanya di Front TV, akan tetapi sebelumnya terhadap postingan-postingan yang berbau Habib Rizieq. Terutama Facebook," ungkap Munarman.

Ia pun menyatakan bahwa banyak sekali keluhan dari teman-temannya di FPI mengenai sulitnya memposting gambar atau foto Habib Rizieq. 

Tidak hanya Facebook, ia juga mengaku penghalangan itu kian manjalar ke media sosial lainnya seperti Instagram, YouTube, dan Twitter.

"Di Facebook itu banyak sekali keluhan dari teman-teman pemilik akun yang memposting foto atau gambar Habib Rizieq. Bahkan di Instagram pun begitu, langsung di-suspend. Sekarang rupanya itu menjalar ke YouTube. Twitter kami juga sempat dihapus," ujarnya.

Melihat seragamnya tindakan media sosial yang menghapus seluruh postingan berbau Habib Rizieq, Munarman menilai ada sosok yang menghapusnya dengan sengaja.

"Sepertinya, melihat media sosial yang seragam begitu. Saya melihat ini ada Artificial Intelligence (AI) semacam mesin yang dipasang di mekanisme internet ini," jelas Munarman.

"Jadi, siapa pun yang mem-posting Habib Rizieq itu kemudian diketahui si pemasang yang memiliki otoritas ini untuk menghapus posting-an itu," tambahnya.

Sementara itu, pengamat politik Adi Prayitno blak-blakan menilai pemerintah kurang nyaman dengan FPI dan Habib Rizieq Shihab karena dua hal.

Oleh sebab itu, berbagai cara pun dilakukan untuk menghentikan manuver dan langkahnya yang dianggap berbahaya untuk pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). 

Faktor pertama ialah narasi politik yang dilontarkan FPI dan Habib Rizieq terdengar agresif verbal.

Adi mencontohkan diksi NKRI Bersyariah yang selama ini didengung-dengungkan.

"Itu tentu membuat pemerintah tak nyaman," kata Adi, Kamis (10/12).

Dia juga menyoroti kata tagut dan kafir yang kerap dilontarkan untuk membuat pemerintah tidak nyaman.

"Saya kira itu dua istilah yang cukup buruk dalam pandangan politik Islam," jelas Adi.

Adapun faktor kedua ialah mobilisasi massa. Adi menjelaskan, FPI mampu memobilisasi politik jalanan.

Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu mencontohkan reuni 212.

"Reuni-reuni 212 itu aktor mobilisatornya teman-teman simpatisan FPI dan tokoh yang dikenal dekat dengan FPI," kata Adi.

Menurut Adi, narasi politik dan mobilisasi massa yang dilakukan FPI dan Habib Rizieq membuat pemerintah tidak nyaman.

"Dua hal itu yang sepertinya membuat pemerintah khawatir," pungkas Adi.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co