Calon Kapolri: Perang Strategi Jenderal Bintang 3 Makin Keras

18 Desember 2020 07:40

GenPI.co - Sejumlah nama perwira tinggi (Pati) bintang tiga mewarnai bursa calon Kapolri, menjelang masa purnatugas Jenderal Pol Idham Azis pada Januari 2021.

Pengamat Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta menyebut beberapa aspek yang harus dimiliki calon Kapolri baru.

BACA JUGA: Kekayaan JK Bikin 2 Presiden Melongo, Rizal Ramli Bongkar Ini

Mulai dari pangkat yang mencapai bintang tiga, rekam jejak yang baik, hingga penanganan isu-isu terkini di masyarakat.

"Kalau menurut saya syaratnya, dia diterima oleh Polri, punya rekam jejak yang baik, kinerja baik, dan yang penting adalah pertimbangkan juga masa kerja. Terlalu pendek atau terlalu panjang itu tidak bagus," kata Stanislaus, Rabu (16/12).

Stanislaus menambahkan perlunya pertimbangan aspek isu di masyarakat saat ini. Sementara, permasalahan kubu-kubu yang ada di internal Polri harus dikesampingkan terlebih dahulu.

BACA JUGA: Mendadak Rizal Ramli Bongkar Masalah Ini, Istana Terseret

Dari beberapa aspek yang disebutkannya, peluang Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono menjadi Kapolri terbuka lebar.

"Menurut saya, calon yang masa kerjanya pas, tiga tahun atau empat tahun. Kemudian dia terhindar dari isu perkubuan, diterima di internal dan mempunyai pangkat yang cukup ya Wakapolri, Gatot," jelasnya.

Wakapolri Gatot memiliki masa dinas yang cukup, yakni 30 bulan. Dia pun pernah menjadi pemimpin di daerah-daerah strategis, seperti menjadi Kapolda Metro Jaya dan Wakapolda Sulawesi Selatan.

BACA JUGA: Bakal Kaya dan Jaya, Rezeki 4 Shio Meledak Akhir Tahun 

Selain Gatot, Stanislaus menyebut nama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menjadi alternatif Kapolri karena terbebas dari isu kubu-kubu tertentu.

"Alternatif kedua, yang bebas dari unsur kubu tertentu, usia kerjanya masih relatif pas, serta punya kemampuan cukup, yaitu kepala BNPT Boy Rafli. Dulu kan Tito Karnavian dari Kepala BNPT juga menjadi Kapolri," ungkapnya.

Sementara itu, Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo diprediksi menjadi kuda hitam dalam bursa calon Kapolri pengganti Idham Azis. 

Namun, masa jabatan Listyo terlalu panjang. Selain itu, namanya akan melewati beberapa senior yang ditakutkan akan menimbulkan dinamika baru.

"Kuda hitamnya itu Kabareskrim. Tetapi ya usia kerjanya cukup panjang, kurang lebih tujuh tahun, dan melompati banyak senior. Nah, ini saya kira bisa menciptakan dinamika tertentu. Jadi, akan banyak senior di lingkarannya. Apakah nanti bisa maksimal atau kendala kan tergantung kepemimpinannya," ungkapnya.

Stanislaus menuturkan akan lebih baik jika Kabareskrim dicalonkan menjadi Kapolri pada periode berikutnya.

"Saya kira Kabareskrim bisa disiapkan menjadi calon Kapolri mendatang, bukan saat ini," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, per tanggal 1 Desember sebenarnya Kepala BNN Komjen Pol Heru sudah pensiun, tetapi anehnya belum ada penggantinya yang ditunjuk Kapolri.

"Kapolri belum juga mengeluarkan TR untuk mengganti Komjen Pol Heru," katanya kepada GenPI.co Jumat (4/12).

Neta menjelaskan, kondisi itu mungkin saja terjadi tarik menarik yang begitu kuat di elite Polri dan Presiden Jokowi soal sosok pengganti yang pas untuk Komjen Pol Heru di BNN.

"Apakah Irjen Nana, apakah Irjen Fadil, apakah Kapolda Riau, apakah Kapolda Jabar, dan apakah Irjen Petrus Golose," jelasnya.

Selain itu, dengan lambatnya langkah-langkah yang ditempuh Kapolri menujuk kepala BNN membuat sebuah tanda tanya besar. Meskipun, siapapun penggantinya bisa memuluskan langkah melaju ke bursa Kapolri.

"Jika yang terpilih Irjen Pol Petrus Golose menjadi kepala BNN berarti peluang Fadil untuk masuk dalam bursa calon kapolri pun tertutup. Artinya bursa calon Kapolri hanya diisi para jenderal bintang tiga Polri," jelasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co