Mendag Lutfi Coreng Muka Jokowi, Langsung Disemprot Hasto PDIP

23 Maret 2021 06:40

GenPI.co - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan sikap partainya untuk menolak wacana kebijakan Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi yang membuka impor sejuta beras.

Hasto mengatakan, PDIP yang telah memelopori gerakan menanam tanaman pendamping beras sejak lama, sangat terluka dengan wacana tersebut.

BACA JUGA: Pantas Kepercayaan ke PDIP Menurun, Ternyata Jokowi...

Seperti diketahui, sejak setahun lalu, PDIP telah memelopori gerakan menanam tanaman pendamping beras yang dilakukan oleh struktur, eksekutif, dan legislatif partai.

Tanaman tersebut mencakup sagu, ketela, umbi-umbian, jagung, pisang, talas, porang, sukun, dan lain-lain. 

"Nusantara begitu kaya dengan aneka rupa makanan, kekayaan hortikultura, yang seharusnya membuat menteri perdagangan percaya bahwa impor beras tidak perlu dilakukan," kata Hasto dalam keterangan yang diterima, Senin (22/3). 

Menurut Hasto, keputusan Mendag Lutfi sangat melukai basis politik Presiden Joko Widodo dan PDI Perjuangan. 

Selain itu, kebijakan Lutfi juga dianggap sangat tidak tepat, mengingat perekonomian nasional sedang tertekan akibat pandemi. 

“Menteri Perdagangan hanya menghambur-hamburkan devisa negara, untuk satu produksi pangan yang sebenarnya bangsa Indonesia bisa memproduksi pangan tersebut," kata dia. 

PDI Perjuangan kemudian mengingatkan Lutfi agar tidak menjadi beban bagi presiden. 

“Memaksakan impor beras secara sepihak, tidak hanya bertentangan dengan politik pangan Presiden Jokowi, tetapi mencoreng muka presiden yang belum lama mengampanyekan gerakan cinta produksi dalam negeri," ucap Hasto.

Selain itu, Hasto juga mengajak seluruh simpatisan dan kader PDIP untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional secara swadaya masyarakat. 

Hasto mengharapkan konsumsi beras digantikan oleh makanan lain sekitar lima persen setiap orang. 

BACA JUGA: Jika Megawati Lengser, Ini Calon Kuat Ketum PDIP, Bikin Kaget

Jika ditotal, maka upaya tersebut dapat mengurangi kebutuhan beras nasional sekitar 1,5 juta ton. 

"Kalau ini terjadi, maka Indonesia memiliki peluang untuk menjadi eksportir beras," jelas Hasto Kristiyanto. (tan/jpnn)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co