Mabes Polri Tembus, Ini Target Teroris Milenial

02 April 2021 03:30

GenPI.co - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa ZA seorang simpatisan ISIS dan menjalankan pola lone wolf atau bergerak sendiri saat melancarkan aksinya. 

Namun, belakangan diketahui ZA masih berusia 25 tahun, usia yang terbilang masuk kelompok milenial. 

BACA JUGA: Pakar Terorisme Beber Skenario Busuk Incar FPI, Refly Harun Kaget

Tak bisa dimungkiri, keterlibatan anak muda dan generasi milenial dalam rangkaian antiteror dalam beberapa waktu terakhir meningkat. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD pada Desember 2020 lalu membeberkan bahwa ancaman radikalisme di kalangan anak muda kian nyata dan mengancam Pancasila. 

Mahfud MD blak-blakan mendapatkan laporan tentang adanya sejumlah anak muda yang dilatih untuk menjalankan aksi teror. 

Menurut Mahfud MD, para anak muda ini dipersiapkan untuk melakukan teror pada orang-orang penting atau very-very important person (VVIP). 

BACA JUGA: Kubu Moeldoko Kalah Telak, Skenario Maut Ini Bisa Bikin AHY Keok

Namun, Mahfud MD tak mengatakan di mana lokasi pelatihan itu dilakukan.

"Saya dapat foto latihannya juga. Nah, yang seperti ini, itu radikalisme yang mengarah, menghantam ideologi. Itu satu, intoleran. Dua yang lebih parah dari itu adalah teror. Teror itu karena paham jihadis, paham jihad yang salah," jelas Mahfud MD. 

Mahfud MD pun mengingatkan, pemerintah mesti menguatkan persatuan untuk meredam penyebaran radikalisme dikalangan masyarakat.

"Tugas kita adalah menjalankan pemerintah, negara yang bersumbu pada kesatuan bangsa kita. Semua energi kita harus kita kerahkan untuk jaga keutuhan dan kebersamaan, kebersatuan kita," kata Mahfud MD.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menuturkan, selama 20 tahun terakhir, setidaknya 2.000 orang telah ditangkap karena melanggar hukum terkait tindak pidana terorisme. 

Boy Rafli menjelaskan, setidaknya 1.250 masyarakat Indonesia berangkat ke Irak untuk bergabung dengan ISIS. 

"Kita tidak ingin ada lagi orang yang berangkat ke Irak dan Suriah, dipenjara karena urusan terorisme, maupun anak-anak Indonesia yang jadi pelaku bom bunuh diri," kata Boy Rafli, Jumat (5/2).

Boy juga mengatakan bahaya dari gerakan ekstrimisme, radikalisme dan terorisme adalah kemampuannya memengaruhi pikiran seseorang dengan mudah dan tanpa sadar. 

Perekrutannya, sambung Boy, juga berjalan dengan masif, baik melalui media sosial hingga tatap muka secara langsung. 

"Perpres (Nomor 7 Tahun 2021) ini melibatkan seluruh pihak, tidak boleh ada yang berpangku tangan. Jangan sampai ada orang melakukan proses radikalisasi, tetapi masyarakat tidak waspada. Jadi, ada kesadaran publik," kata Boy Rafli.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co