Roman Abramovich Ketiban Sial, Dugaan Korupsi di Chelsea Terkuak

16 Maret 2022 04:57

GenPI.co - Sorotan publik terhadap Roman Abramovich tak kunjung reda hingga kini namanya terseret dalam kasus dugaan korupsi saat masih di Chelsea.

Nama taipan asal Rusia, Roman Abramovich terus menjadi sorotan dunia pada beberapa waktu ini.

Dikenal sebagai bos klub Liga Inggris, Chelsea, Abramovich justru disorot lantaran kedekatannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

BACA JUGA:  Roman Abramovich Dikuliti Habis-habisan, Chelsea Bangkrut

Namanya juga disebut-sebut sebagai salah satu sosok yang membantu Putin saat Rusia menyerang Ukraina.

Untuk itu, konglomerat yang juga memiliki gurita usaha di Inggris ini telah dijatuhi hukuman pembekuan asset oleh pemerintah Negeri Elizabeth.

BACA JUGA:  Chelsea Dibeli Crazy Rich Ghana, Borong Ronaldo dan Messi

Belum reda kontroversi tersebut, kini bukti dugaan korupsi Roman Abramovich terkuak.

BBC melaporkan pada Selasa (15/3) bahwa telah memperoleh bukti baru tentang dugaan korupsi dalam transaksi pembelian perusahaan minyak, Sibneft yang sekarang bernama Gazprom Neft, dari Pemerintah Rusia dalam lelang yang dicurangi pada 1995.

BACA JUGA:  Newcastle United Menggila, Chelsea Tak Berdaya di Stamford Bridge

Abramovich dikabarkan membayar sekitar 250 juta US dolar (setara Rp2,5 triliun), sebelum menjualnya kembali ke pemerintah Rusia dengan harga 13 miliar US dolar (Rp186 triliun) pada 2005.

Sempat menampik tuduhan tersebut, Abramovich pun akhirnya mengaku melakukan pembayaran korup untuk menyelesaikan kesepakatan Sibneft di pengadilan Inggris.

Namun, pengguggat Abramovich yakni Boris Berezovsky kalah di persidangan lantaran taipan Rusia itu menjelaskan bagaimana kecurangan itu dan bagaimana mantan rekannya itu juga terlibat dalam hal tersebut.

Terbaru, BBC Panorama mengaku telah memperoleh bukti baru berupa dokumen yang diduga elah diselundupkan keluar dari Rusia dari sumber rahasia.

Dokumen tersebut berisi salinan file yang disimpan di Abramovich oleh lembaga penegak hukum Rusia.

Dalam laporan itu menyebutkan bahwa Pemerintah Rusia dicurangi dari USD 2,7 miliar (sekitar Rp 38,6 triliun) dalam kesepakatan Sibneft.

Klaim tersebut didukung oleh penyelidikan parlemen Rusia tahun 1997, bahkan dikabarkan bahwa pihak Rusia ingin menuntut Abramovich atas penipuan.

"Penyelidik Dept of Economic Crimes sampai pada kesimpulan bahwa jika Abramovich dapat dibawa ke pengadilan, dia akan menghadapi tuduhan penipuan oleh kelompok kriminal terorganisir," kata sumber itu kepada BBC.

BBC juga melaporkan bahwa dokumen tersebut menunjukkan bahwa Roman Abramovich dilindungi oleh mantan Presiden Rusia, Boris Yeltsin.

Saat Putin mulai menjabat sejak 2000, Abramovich tetap menjalin hubungan dekat, dan terlibat dalam kecurangan lainnya dua tahun kemudian.

Hal ini terjadi saat Abramovich membentuk kemitraan dengan perusahaan lain untuk membeli perusahaan bernama Slavneft.

Saat itu, ada perusahaan China, CNPC, yang berencana ikut lelang dengan menawar jauh lebih tinggi dari Abramovich.

Namun, pihak China mundur usai seorang anggota delegasi China diculik ketika mereka tiba di Moskow untuk lelang.

Abramovich diduga terlibat dalam insiden tersebut untuk mencegah kerugian Rusia jika China menang lelang tersebut.

Sementara itu, pengacara Abramovich masih membantah tuduhan korupsi dalam kesepakatan Slavneft dan Sibneft hingga perlindungan yang diberikan oleh Yeltsin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co