Adriano, Kemampuan Hebat yang Akhirnya Hancur Lebur

25 Maret 2021 23:50

GenPI.co - Adriano Leite Ribeiro pernah menyandang status sangat mentereng sebagai salah satu bomber terbaik dunia pada 2002-2009.

Para penggemar PlayStation kerap menggunakan Adriano untuk mengubrak-abrik pertahanan lawan.

BACA JUGAHasil Pertandingan Piala Menpora Barito Putera vs Arema FC: Drama

Sebab, Adriano memiliki semua persyaratan untuk membuat lini belakang musuh keder.

Dia kuat. Tendangannya sangat keras. Fisiknya tidak perlu diragukan lagi. Kemampuannya menggiring bola sangat maut.

Zlatan Ibrahimovic yang kini membela AC Milan pun sangat terkesan dengan kemampuan Adriano.

Mereka pernah bekerja sama di Inter pada 2006-2009. Saat itu Ibrahimovic menyaksikan sendiri kehebatan Adriano.

“Dia adalah binatang. Dia bisa menembak dari segala posisi. Tidak ada yang bisa sepertinya,” kata Ibrahimovic kepada Sport Bible.

Adriano bergabung dengan Inter pada 2001. Dia didatangkan dari Flamengo dengan banderol 13 juta Euro.

Saat itu usianya baru 19 tahun. Kariernya sempat tidak mulus. Dia sempat dipinjamkan ke Fiorentina pada paruh kedua musim 2001/2002.

Performa Adriano di Fiorentina amburadul. Inter menjualnya ke Parma. Di Parma-lah Adriano menemukan kehebatannya.

Dia mendonasikan 23 gol dalam 33 laga di semua kompetisi pada 2002-2004. Inter pun membeli Adriano dengan banderol 23,4 juta euro.

Keputusan Inter tepat. Adriano berubah menjadi predator. Dia mencetak 47 gol dalam 115 laga di semua ajang pada 2004-2009.

Adriano pun berhak menyandang julukan L'Imperatore alias Sang Kaisar. Dia juga disebut-sebut sebagai suksesor Ronaldo.

Adriano pun bergelimang gelar. Dia membantu Inter meraih empat Scudetto, dua Coppa Italia, dan tiga Supercoppa Italia.

Namun, perlahan-lahan performa Adriano menurun gara-gara dirinya sering ke kelab malam. Dia sering menenggak minuman beralkohol.

Adriano bahkan dikabarkan sering berlatih pagi hari dalam keadaan masih teler.

Selain itu, Adriano juga dikabarkan mulai kecanduan obat-obatan terlarang.

Semua itu terjadi setelah Adriano kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya pada 2004.

Legenda Inter Milan Javier Zanetti masih sangat ingat momen ketika Adriano mengangkat panggilan telepon pada awal musim 2004.

Saat itu Adriano diberi tahu bahwa ayahnya meninggal. Adriano langsung melemparkan teleponnya.

Dia berteriak sangat kencang. Zanetti yang mengetahui momen itu langsung merinding.

“Kekalahan terbesar saya adalah gagal mengeluarkannya dari jurang depresi. Saya merasa tak berdaya,” ujar Zanetti kepada Goal.

Adriano pun tidak menampik bahwa dirinya benar-benar depresi setelah ayahnya meninggal.

“Cuma saya yang tahu betapa menderitanya saya. Kematian ayah saya meninggalkan kekosongan besar. Saya sangat kesepian,” kata Adriano kepada R7.

Setelah itu Adriano dibuang ke Flamengo pada 2009-2010. Semusim berselang dia bermain untuk AS Roma.

Cerita tentang kehebatan Adriano pun mulai memudar. Dia kehilangan ketajamannya.

Setelah membela Roma, Adriano bermain untuk Corinthians, Flamengo, Atletico Paranaense, dan Miami United.

BACA JUGA: Hasil Pertandingan Piala Menpora Persikabo vs PSIS: Pembantaian

Namun, bersama empat klub itu, Adriano gagal mengulangi performanya seperti beberapa tahun sebelumnya.

Adriano bahkan sempat dkabarkan tinggal di favela. Dia juga dikabarkan sempat bergabung dengan kelompok kriminal. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co