Dualisme Cinta dan Benci ala Pangeran AS Roma Francesco Totti

10 April 2021 18:30

GenPI.co - Francesco Totti bukanlah sosok bergelimang gelar ketika masih aktif bermain sepak bola.

Bersama AS Roma, Totti hanya mendapatkan satu gelar Scudetto, yakni pada 2000/2001.

BACA JUGALink Live Streaming PSIS Semarang vs PSM Makassar: Partai 8 Besar

Dia menambah koleksinya dengan trofi Coppa Italia 2006/2007, 2007/2008 dan Supercoppa Italia 2001 serta 2007.

Bersama Timnas Italia, Totti berhasil naik ke podium juara Piala Dunia 2006. Hanya enam trofi yang kini ada di lemari Totti.

Totti jelas kalah jauh dari megabintang Juventus Cristiano Ronaldo yang memiliki 31 trofi sepanjang karier.

Totti juga tidak ada apa-apanya dalam hal trofi dibandingkan megabintang Barcelona Lionel Messi. Saat ini Messi sudah mengemas 34 trofi.

Namun, Totti tetaplah Totti. Meskipun trofinya minimalis, namanya tetap selalu dikenang dengan sangat manis.

Bagi para pendukung AS Roma, Totti adalah pangeran. Jika AS Roma berlaga, para pendukung akan membentangkan banner bertuliskan No Totti No Party.

Sehebat itukah Totti? Pria kelahiran 27 September 1976 itu seolah ditakdirkan menjadi Pangeran Roma.

Dia memulai karier di akademi AS Roma. Totti menjalani debut bersama tim senior Roma dalam laga persahabatan melawan Austria di Stadion Flaminio pada 18 Februari 1993.

Setelah itu dia melakoni laga debut di Serie A saat Roma melawan Brescia di Stadion Rigamonti pada 28 Maret 1993.

Hingga pensiun pada 2017, Totti sudah membela Roma dalam 786 laga di semua kompetisi. Dia mendonasikan       307 gol.

Salah satu momen penting bagi Totti ialah ketika ditunjuk sebagai kapten pada 31 Oktober 1998. Usianya kala itu baru 22 tahun.

Totti pun menjadi kapten termuda sepanjang sejarah Serie A.

“Lahir sebagai orang Roma dan pendukung AS Roma adalah kemewahan. Menjadi kapten tim adalah kehormatan,” kata Totti sebagaimana dikutip laman resmi AS Roma.

Pada awalnya Totti diminta keluarganya bergabung dengan Lazio yang merupakan rival abadi Roma.

Keluarga Totti memang terbelah. Ibu dan neneknya pendukung Lazio, sedangkan ayah dan kakaknya suporter Roma.

“Saya akhirnya memilih Roma. Saya membuat keputusan tepat,” kata Totti kepada Libero.

Perjalanan Totti bersama AS Roma tidaklah mulus. Pada 2003, dia hampir meninggalkan Roma.

Saat itu kontrak Totti bersama Roma hanya tersisa semusim. Hubungannya dengan Presiden Roma Franco Sensi pun sedang runyam. Saat itu Totti benar-benar sudah “benci” membela Roma.

Real Madrid yang sedang membangun skuad Los Galacticos pun langsung mengajukan penawaran sebesar Euro 25 juta.

Madrid bahkan dikabarkan bersedia menjual Luis Figo ke Inter Milan agar Totti mau merapat.

“Madrid menawarkan banyak hal. Saya 80 persen yakin bisa pergi ke Madrid,” ujar Totti.

Semuanya berubah setelah Totti bertemu Sensi. Keduanya terlibat pembicaraan penting. Kesepakatan pun tercapai. Totti bertahan di Roma.

“Itu adalah pilihan dari hati. Keluarga, teman, dan Roma merupakan hal yang sangat penting,” kata Totti.

Cinta dan benci memang mengiringi perjalanan karier Totti. Untuk kebencian, Totti memiliki pengalaman tersendiri terhadap penggemar Lazio.

Totti tidak menampik fakta bahwa dirinya sering dicaci para suporter Lazio.

“Namun, saat saya bertemu mereka di jalan, mayoritas mendukung saya. Mereka suportif,” kata Totti kepada La Repubblica.

Tidak hanya para pendukung Roma maupun klub lain yang memuji Totti setinggi langit.

BACA JUGA: Main Masih Lama, Persib Sudah Merinding Duluan Lihat Persebaya

Legenda Argentina Diego Maradona pun terang-terangan mengagungkan nama Totti.

“Totti adalah pemain terhebat yang pernah saya lihat,” ucap Maradona sebagaimana dikutip dari laman resmi AS Roma. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co