GenPI.co - “Aku dulu model, kini bisa membuka usaha dan membayar mereka untuk promosi produk kerajinan anyamanku.”
Kata-kata itu yang mengawali percakapan antara GenPI.co bersama dengan Sucita Dewi Ratnasari, pengusaha kerajinan anyaman dari Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Perempuan 23 tahun ini sukses membangkitkan usaha yang sudah ada sejak 1980-an lewat Kitri Art Shop.
Kemudian diteruskan oleh ayahnya pada 1995, lewat Kitri Collection dan Agisakitri.
Selanjutnya sejak 2016, Uci dipercaya untuk mengelola rukonya dan fokus mengembangkan bisnis keluarga pada 2020 dengan nama Galerikitri.
"Galeri yaitu gambar lebih ke makna contoh atau hasil produk dari Kitri, yaitu tunas kelapa. Karena, pohon kelapa sangat bermanfaat dari akarnya sampai bawah dan usaha ini mudah-mudahan mudah bermanfaat bagi semua orang," jelasnya.
Namun, pandemi covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia pada 2020 itu mengharuskan tokonya untuk tutup.
"Saya berpikir bagaimana penghasilan sehari-hari orangtua saya, sedangkan kerajinan anyaman tangan hanya mengandalkan turis dan tamu yang datang ke toko," ujar perempuan yang kerap disapa Neng Uci kepada GenPI.co, Sabtu (19/6/2021).
Akhirnya, Uci memutar otak dan menjual kerudung masker (kerudung corona) bersama sang adik, yang saat itu menjadi kebutuhan banyak orang.
"Allah Maha Baik, aku bisa tembus angka 5.000 kerudung corona," tuturnya.
Model muslimah Azzura Tasikmalaya ini tidak berhenti sampai di situ. Dirinya kembali menjual masker bordir, daster, dan pajamas secara online.
"Alhamdulillah semuanya terjual ribuan juga," jelasnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, perempuan yang sempat menekuni dunia pencak silat ini, kembali berjualan produk anyaman.
Dirinya menjual berbagai kerajinan tangan ala bohemian yang saat ini sedang trending.
"Ada homedecor, peralatan kantor, tas, sandal. Harganya mulai dari Rp 3.000-Rp 400.000, tetapi tidak ada yang menyamakan produk kami," turur Uci.
Uci menjelaskan produknya bisa terjamin dan tak ada di pasaran. Karena, Uci dibantu dengan ibu dan adiknya membuat kerajinan tersebut menggunakan manik-manik.
Galeri Kitri berlokasi di Rajapolah Komplek Ruko No.02, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Bukan tanpa alasan Uci senang mencoba hal baru di dunia usaha. Itu berkat ayah dan ibunya yang menurunkan bakat usaha kepada dirinya.
"Dari zaman SD suka jualan, SMP bisnis jaket, SMA batik, pokoknya yang berbau bisnis aku selalu suka. Alhamdulillah respons teman-teman baik," lanjutnya.
Bahkan, sebelum benar-benar terjun ke dunia usaha milik keluarga, Uci merupakan seorang model. Dirinya beberapa kali mendapatkan juara dalam ajang modeling.
"Aku dulu model. Kini bisa membuka usaha dan membayar mereka untuk promosi produk kerajinan anyamanku. Alhamdulillah," bebernya.
Bisnis yang sudah difokuskan sejak 2020 ini, produknya sudah menembus angka ribuan. Tak jarang pembeli yang sangat menyukai hasil karya tangannya.
Saat ini, Neng Uci tidak hanya fokus di toko, dirinya memperluas penjualannya dengan cara online shop.
"Teman-teman bisa lihat ada di Instagram @galertikitri dan Shopee," lanjutnya.
Dia mengaku sangat bangga terhadap orang tuanya. Hal tersebut karena Uci sudah diajarkan mandiri dan berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya sejak kecil.
"Aku berharap, produk @galerikitri dicinatai oleh semua warga Indonesia maupun luar, dan ingin membuka lapangan pekeja seluasnya," harapnya.
Tak lupa dia kepengin memiliki hanyak cabang untuk usahanya itu.
Saat ini Uci sudah memiliki 10 tim kerja yang membantunya dalam memproduksi kerajinan tangan.
"Tim kerja mempunyai tanggung jawab dan kreatif yang sama. Mereka semua terdiri dari karyawan dan ada saudara," jelasnya. (*)
Sucita Dewi Ratnasari dan keluarga (foto: Dok. Neng Uci)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News