Sempat Bangkrut, Evalinda Bangkit & Telah Punya Ratusan Restoran

05 November 2021 09:55

GenPI.co - Evalinda merupakan sosok yang gigih dalam membangun usahanya.

Dia telah mengalami jatuh bangunnya berbisnis, dan tak menyerah.

Kini restoran cepat saji d’BestO yang dikelolanya bersama suami telah memiliki 276 outlet yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia.

BACA JUGA:  Guru Jadi Juragan Anggrek, Pelanggan Ika Emak-emak Bank dan Hotel

Ibu dua anak ini membeberkan kisah sukses dan diunggah di YouTube JagaLilin, 30 September 2021, dengan judul "Rahasia Sukses Ayam D'Besto Hinggga Bisa Kembangkan 276 Outlet !!!"

BACA JUGA:  Heru Sang Sarjana Usaha di Yogya, Produk Diborong Pebisnis Arab

Perempuan berhijab ini merupakan anak petani dari daerah Payakumbuh, Sumatera Barat.

Sebagai siswa yang cerdas, dia diterima tanpa tes di IPB. Untuk biaya kuliahnya, dia disokong kakaknya yang menjadi guru honorer di Bandung.

BACA JUGA:  Yuli Layani Bersih-bersih, Sang Sarjana Kantongi Rp 10 Juta/Bulan

Setahun bekerja, Evalinda menikah dengan sesama dokter hewan.

“Jodoh anak petani, (sama-sama) tak mau pertahankan kesulitan,” beber pengusaha sukses ini.

Karenanya mereka memutuskan untuk berdagang, sambil bekerja.

Suami yang banyak berhubungan dengan sektor peternakan pun memunculkan ide.

Dimulai dengan menjual telur ke warteg. Selain itu juga menjual daging kambing kurban.

Lanjut menjual ayam potong, yang dipinjam dari peternak dan dipasok ke warung Padang.

Ayam potong terus meningkat permintaannya, tapi pembayaran tidak dilakukan secara tunai.

Satu pedagang kaki lima yang menjual ayam goreng bertepung krispi atau ayam fried chicken di kawasan Ciputat memberi ide.

Meski di kaki lima ayam goreng tersebut sangat ramai pembeli.

Bersama suami, Evalinda mulai mencari resep, dan baru menemukan yang terbaik setelah 1 tahun.

Bisnis menjual ayam goreng pun dimulai pada 1994.

Baru fokus menjalankan bisnis dan berhenti bekerja pada 1997. Ketika itu omzet bisa tembus Rp 3 juta-Rp 5 juta.

Ketika masa-masa puncak, bisnis ayam goreng Evalinda menghadapi cobaan berat.

Dilansir dari YouTube JagaLilin, krisis moneter 1998 dan kasus flu burung membangkrutkan usahanya.

Sempat berdagang kue setelah bisnis ayam goreng tutup, dengan omzet seadanya.

Semangat Evalinda kembali muncul, saat melihat ibunya yang berkeinginan naik haji juga keinginan menyekolahkan dua anaknya setinggi mungkin.

Mereka sepakat untuk memulai kembali bisnis ayam goreng, setelah vakum selama 9 bulan.

Lokasi diperoleh di satu lapak kaki lima yang ada di kawasan Depok.

Untuk modalnya, Evalinda mendatangi pedagang ayam dan berharap dipinjamkan beberapa ekor ayam sebagai modal berdagang.

Pedagang tersebut percaya, dan meminjamkan 5 ekor.

Ternyata pasokan dari pedagang ayam tersebut terus bertambah, sejalan dengan larisnya dagangan Evalinda.

Setelah 17 tahun bertahan di lapak kaki lima, Evalinda pun menghadirkan ayam gorengnya di gerai.

“2011 Dinaikkan ke kios,” kata pebisnis sukses ini.

Semula bermerk KUFC kemudian menjadi d’BestO. Jargonnya adalah “Jagonya rasa”.

Sejumlah produk baru pun dihadirkan, antara lain burger, spageti, dan kentang goreng.

“Rasa dan tempat. (Kami membidik) segmen kelas menengah ke bawah,” ujar Evalinda mengemukakan strategi bisnisnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co