Kerajinan Tangan Eceng Gondok yang Tembus hingga ke Pasar Jepang

22 Januari 2022 12:12

GenPI.co - Tanaman eceng gondok seringkali dianggap sebagai gulma atau sarang hama. Namun, di tangan Tinsawati, tanaman itu mampu disulap menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi tinggi.

Eceng gondok itu dikeringkannya, lalu dianyam menjadi berbagai kerajinan tangan. Penjualannya bahkan tembus hingga ke pasar Singapura dan Malaysia.

Isna, begitu sapaannya, mulanya membawa pulang beberapa ikat eceng gondok sepanjang 50 centimeter. Setelah dikeringkan beberapa hari, dia kemudian mulai bereksperimen membuat anyaman berbahan dasar eceng gondok.

BACA JUGA:  Berkah Awal Tahun Berlanjut, Rezeki 3 Zodiak Berlimpah, Sukses!

Semua proses itu dilakukan di kediamannya di Bukit Ayu Lestari Blok B1 No 8, Kecamatan Sei Beduk, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

“Awalnya cuma buat vas bunga, kotak tisu, sendal, dan topi bundar. Lalu beberapa tetangga melihat dan ada yang mau beli,” katanya kepada GenPi.co Kepri, Sabtu (22/1).

BACA JUGA:  Tinggalkan Gaji Rp 27 Juta, Abdi Bangun Coffee Shop, Sukses

Di awal kariernya itu, dia hanya memanfaatkan beberapa barang di sekitar rumahnya saja untuk dijadikan contoh anyaman. Perlahan, anyamannya berkembang menjadi kursi, meja, bahkan karpet.

Seluruh prosesnya pun Isna pelajari secara autodidak. Mulai dari pengambilan eceng gondok, proses pengeringan, sampai menganyamnya jadi satu produk.

BACA JUGA:  Suka Tantangan, Daffa Kini Sukses Jalani Coffee Shop Kopilivium

“Sebelumnya saya sudah menyaman, tapi bahannya dari benang dan kain. Kalau eceng gondok kan bahan dan teksturnya beda,” kata dia.

Seiring dengan banyaknya permintaan dari beberapa tetangga, Isna sempat kelabakan. Akhirnya dia pun memutuskan menggaet beberapa kaum ibu di sekitar rumahnya.

Beberapa kaum ibu itu, dinilai Isna sering menghabiskan waktu di depan rumah sambil merumpi. Hal itu yang kemudian mendorongnya memberdayakan mereka.

“Tapi karena memang anyaman dari eceng gondok ini tergolong baru, ibu-ibu yang saya berdayakan juga awalnya kesulitan. Hasil anyamannya tak rapi dan polanya acak,” katanya.

Namun, Isna tidak patah arang. Dia terus mengajari ibu-ibu itu hinga satu-dua di antaranya mulai terbiasa. Aktivitas mengayam itu pun tidak hanya dilakukan di rumah Isna saja, tetapi juga boleh dibawa pulang oleh ibu-ibu itu.

Tujuannya, agar mereka tetap berlatih dan menghabiskan waktu dengan kegiatan positif meski berdiam diri di rumah.

“Jadi tak cuma diberdayakan. Tiap kerajinan tangan karya ibu-ibu itu, hasil penjualannya akan dibagi rata. Ya hitung-hitung pemasukan sampingan juga buat mereka kan,” kata dia.

Isna menuturkan, eceng gondong memang tidak sulit didapat. Terlebih Batam punya banyak waduk dan kubangan bekas galian pasir.

Tiap eceng gondok pun bisa diambil kembali setelah 3 bulan dipotong. Sehingga Isna tidak pernah kesulitan dalam memenuhi bahan bakunya.

Usaha yang berjalan sejak 2017 ini pun diminati oleh sejumlah hotel di Batam yang memesan vas bunga, kotak tisu, dan pernak-pernik lain berbahan eceng gondok. Harga pun variatif, mulai dari Rp50 ribu sampai Rp2 juta, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan satu produk.

Soal nama, Isna menyebut kerajinan tangannya dengan sebutan Isna Puring.

“Isna itu jelas nama saya, tapi kalau puring sebenarnya sebutan salah satu teknik di dunia kerajinan tangan anyaman berbahan kain dan benang. Nah, dari dulu memang kalau tetangga ada yang nanya nama saya, bilangnya pasti Isna puring. Maka jadilah nama itu jadi merek dagangan sekarang,” katanya.

Pada awal mengayam eceng gondok, tidak sedikit yang meragukan hasil karya Isna. Sebab, eceng gondok dinilai memiliki daya tahan rendah karena bakal berjamur dan lapuk.

Padahal, pada saat proses pengeringan, eceng gondok dicampur dengan beberapa bahan kimia agar tahan lama dan bebas jamur.

Sekali waktu, saat sedang mengambil eceng gondok di pinggir jalan, Isna dan beberapa ibu-ibu lainnya didatangi oleh pengendara sepeda motor yang melintas.

Dia disarankan untuk tidak mengambil tanaman itu lantaran dianggap beracun.

“Dikira mau dibuat sayur apa, ya hahaha,” katanya terkekeh.

Kini, produk anyaman Isna terus berkembang dan telah dipamerkan di banyak daerah di Indonesia. Dia pun sudah tidak lagi kesulitan memenuhi permintaan dari banyak pihak, lantaran sudah memiliki banyak ibu-ibu handal yang sukses diberdayakan.

Terbaru, hasil anyaman eceng gondok Isna Puring tembus ke Tokyo, Jepang. Beberapa produk di antaranya adalah alas piring dan sendok, keranjang buah, vas bunga, dan kursi.

“Di tahun 2022 ini, saya juga tengah melakukan persiapan ikut kurasi produk untuk Amerika,” kata Isna. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fathur Rohim

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co