GenPI.co - Sri Wahyuni jatuh bangun dalam membangun bisnis angkringan. Namun, ia tak kenal patah arang.
Bisnis angkringan bernama Justo Kopi merupakan warisan sang ayah. Dia ingin bisnis ini terus berkembang.
Sri Wahyuni nekat meneruskan angkringan Justo Kopi sejak 2009 di Desa/Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Bertempat di Jalan Raya Pasar Paron, Ngawi, Justo Kopi sangat mudah ditemukan masyarakat yang melintas ke arah Solo, Jawa Tengah.
Mbak Yuni, panggilan akrabnya menjelaskan awal mula membuka bisnis angkringan memang tidak mudah lantaran keterbatasan modal.
"Saya punya modal usaha Rp 2 juta pada 2009. Uang itu habis saya gunakan untuk membuat gerobak kayu, bahan makanan atau minuman, dan biaya sewa di pinggir jalan," ujar Mbak Yuni kepada GenPI.co di Paron, Ngawi, Jawa Timur, Jumat (1/4).
Saat membuka angkringan, Mbak Yuni terperangah dengan omzet yang dihasilkan. Dalam sehari, ia memperoleh penghasilan hingga Rp 300 ribu.
Namun, penghasilan sebesar itu tak bertahan lama. Setelah tiga bulan membuka angkringan, omzetnya terjun bebas.
"Memang untung besar pada tiga bulan awal, ya. Akan tetapi, bulan berikutnya cukup sulit, lantaran pernah sehari hanya menghasilkan Rp 50 ribu," katanya.
Perasaan ingin menutup Justo Kopi kerap menghantui Mbak Yuni usai dirasa merugi selama setahun.
Mbak Yuni lantas sambil bekerja sebagai kasir untuk menutup kerugian membuka Justo Kopi. Pekerjaan itu dilalui selama lebih kurang enam bulan.
Sebab, dia kembali bertekad untuk mengembangkan bisnis angkringannya tersebut.
Menurut wanita 40 tahun itu, Justo Kopi bukan sekadar bisnis angkringan.
Juato Kopi merupakan cerita dari pengalaman hidup sang ayah, yang ingin dia teruskan.
"Ini warisan ayah. Jadi, saya ingin melanjutkan bisnis ini. Saya akhirnya mencoba berbagai cara. Akhirnya, pada pertengahan tahun 2013, saya memasang layanan internet gratis," ucapnya.
Mbak Yuni mengatakan langkah itu ternyata berhasil membuat angkringannya banjir pengunjung.
Hingga sekarang, angkringannya berkembang pesat. Bahkan bisa membeli lapak yang lumayan besar.
"Ya, sekarang alhamdulillah, saya bisa membuka angkringan sebesar sekarang, beda dengan dipinggir jalan. Saya juga bisa membeli rumah untuk orang tua dan pribadi," tuturnya.
Kendati demikian, Mbak Yuni enggan menyebutkan besaran pasti pendapatannya tiap bulan.
Akan tetapi, penghasilan sehari bisa mencapai seperempat Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ngawi sebesar Rp 1,9 juta tahun 2022.
"Kalau sehari, ya, kisaran 500 ribu hingga Rp 1 juta. Itu tergantung hari," kata dia. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News