GenPI.co - Jainal Damanik memilih menjadi petani di desa meskipun menyandang status sebagai lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Dia menanam berbagai tanaman holtikultura, seperti kentang, di kampung halamannya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Jainal mengaku datang dari keluarga petani. Sejak kecil, dia melihat orang tuanya harus bertahan hidup dengan bekerja keras.
“Zaman kecil aku meelihat orang tuaku bertahan kayaknya nggak ada masa depan,” kata Jainal dalam video di kanal YouTube pada 23 Juli 2022.
Dia menjelaskan orang tuanya bahkan sampai meminjam uang kepada tetangga untuk biaya sekolah anak.
Padahal, orang tua Jainal mempunyai lahan yang luas. Jainal pun didoktrin harus bekerja kantoran ataupun berwiraswata di kota.
Pandangan Jainal berubah saat dia kuliah di ITS. Dia melihat petani di Jawa bisa dicap sebagai juragan meskipun tidak mempunyai lahan seluas orang tuanya.
“Ternyata mereka melek teknologi. Mereka juga bertani dengan rencana dengan baik. Koperasinya juga jalan,” kata Jainal.
Dia pun mendapatkan tentangan dari orang tuanya ketika memutuskan pulang kampung untuk menjadi petani muda.
Namun, Jainal tidak patah arang. Dia menanam kentang yang memang sudah digeluti orang tuanya.
Menurut Jainal, kampung halamannya terkenal sebagai sentra kentang. Jainal pun mempelajari teknologi pembenihan kentang.
“Ternyata benih bisa menaikkan produktivitas sampai 60 persen,” ucap Jainal.
Kisah sukses Jainal berlanjut. Orang tuanya bahkan bisa mengakuisisi lebih dari tujuh hektare lahan dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, keluarganya juga bisa membeli kendaraan dan membangun rumah.
Jainal juga sudah mempunyai gudang seluas satu hektare. Dia pun memiliki armada logistik.
Jainal pun melakukan ekspansi dengan menanam jeruk di lahan seluas 30 hektare. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News