GenPI.co - Google Doodle menampilkan tokoh Ismail Marzuki dalam Hari Pahlawan 2021 yang jatuh pada hari ini, Rabu 10 November.
Ismail Marzuki merupakan seorang komponis yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2004.
Doodle Ismail Marzuki terlihat memakai kemeja putih, berdasi biru dan sedang memainkan biola.
Berikut ini profil dari sang maestro musik Indonesia, Ismail Marzuki.
Nama asli Ismail Marzuki adalah Ismail bin Marzuki, dimana nama Marzuki merupakan nama ayahnya.
Pria kelahiran 11 Mei 1914 memulai debutnya di bidang musik saat ia berusia 17 tahun, dengan menciptakan lagu berjudul O Sarinah, di tahun 1931.
Pada 1936, Ismail Marzuki bergabung dalam perkumpulan orkes musik Lief Java dan membuat bakat bermusiknya semakin terasah.
Dalam orkes tersebut, Ismail Marzuki memainkan beberapa alat musik, seperti gitar, saxophone, dan harmonium pompa.
Ia juga menciptakan banyak karya, seperti lagu Kasim Baba dan Keroncong Sejati.
Pada 1938, ia merambah ke dunia film dengan mengisi ilustrasi musik untuk layar lebar berjudul Terang Bulan, lewat lagu-lagunya berjudul Pulau Saweba, Di Tepi Laut, dan Duduk Termenung.
Setahun kemudian, Ismail Marzuki menulis 2 lagu berbahasa asing, yakni Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen.
Pada tahun yang sama, Ismail Marzuki juga menciptakan enam lagu berbahasa Indonesia, Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, dan Melancong ke Bali.
Pada 1940, Ismail Marzuki menikah dengan primadona orkes musik bernama Eulis Zuraidah.
Ia kemudian, menulis lagu Rayuan Pulau Kelapa di tahun 1944, yang menjadi lagu penutup siaran Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Selain berkiprah di dunia musik, Ismail Marzuki juga turut berkontribusi pada masa perjuangan zaman penjajahan Jepang dan Belanda.
Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki aktif dalam orkestra radio Hozo Kanri Keyku, Radio Militer Jepang.
Setelah masa penjajahan Jepang berakhir, ia tetap berkarya di bidang musik melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI).
Ismail marzuki juga dengan tegas menolak untuk bekerja sama ketika RRI dikuasai oleh Belanda di tahun 1947.
Saat itu, ia memutuskan untuk keluar dari RRI dan baru kembali lagi ketika radio tersebut berhasil diambil alih oleh Indonesia.
Pada 1955, Ismail Marzuki menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta dan menciptakan lagu berjudul Pemilihan Umum, yang diperdengarkan pertama kali saat Pemilu 1955.
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 25 Mei 1958, Ismail Marzuki mengembuskan nafas terakhir.
Ismail Marzuki meninggalkan banyak karya yang bertemakan perjuangan sepanjang kariernya sebagai musisi, seperti Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan di Waktu Malam, Gugur Bunga, Melati di Tapal Batas, Ibu Pertiwi, Halo-Halo Bandung, Indonesia Pusaka, dan Selamat Datang Pahlawan Muda.
Untuk mengenang karya dan jasanya, nama Ismail Marzuki diabadikan sebagai nama taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat, yaitu Taman Ismail Marzuki. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News