GenPI.co - Sebuah penelitian besar menemukan bahwa Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat mendeteksi pasien yang paling berisiko terkena serangan jantung hingga sepuluh tahun sebelumnya.
Dengan uji coba teknologi yang menemukan bahwa teknologi ini dapat mendeteksi tanda-tanda peringatan yang tidak terdeteksi oleh pemindaian konvensional, maka terdapat potensi untuk menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.
Dilansir Daily Mail, penelitian yang dipimpin oleh Universitas Oxford menunjukkan bahwa hingga seperlima serangan jantung dapat dicegah.
Sementara itu, temuan ini juga menunjukkan penurunan angka kematian sebesar 8 persen.
Para peneliti menganalisis data lebih dari 40.000 pasien yang menjalani CT scan jantung rutin di delapan rumah sakit di Inggris.
Mereka menemukan bahwa mereka yang hasilnya menunjukkan penyempitan arteri yang signifikan lebih besar kemungkinannya terkena serangan jantung serius.
Namun, dua kali lebih banyak pasien tanpa penyempitan signifikan juga mengalami serangan jantung.
Tim kemudian menggunakan alat AI baru, yang dilatih menggunakan informasi tentang perubahan lemak di sekitar arteri yang meradang, yang dapat mengindikasikan risiko kejadian seperti serangan jantung.
Pengujian lebih lanjut terhadap 3.393 pasien tambahan selama beberapa tahun mengungkapkan bahwa alat ini dapat secara akurat memprediksi risiko kejadian jantung.
Di antara yang tidak mengalami penyumbatan arteri, mereka yang memiliki tingkat peradangan tertinggi di pembuluh darahnya memiliki risiko kematian jantung 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tingkat peradangannya lebih rendah.
Dalam uji coba pertama di dunia yang dipresentasikan pada Sesi Ilmiah American Heart Association di Philadelphia, mereka memberikan skor risiko yang dihasilkan AI kepada dokter untuk 744 pasien dan menemukan bahwa hingga 45 persen kasus, dokter mengubah rencana perawatan pasien.
Profesor Charalambos Antoniades, dari Universitas Oxford mengatakan penelitian menemukan bahwa beberapa pasien yang datang ke rumah sakit dengan nyeri dada, yang sering diyakinkan dan dipulangkan ke rumah, berisiko tinggi terkena serangan jantung dalam dekade berikutnya.
"Bahkan, dengan tidak adanya tanda-tanda penyakit di arteri jantung mereka. Di sini kami menunjukkan bahwa memberikan gambaran risiko yang akurat kepada dokter dapat mengubah, dan berpotensi meningkatkan, pengobatan bagi banyak pasien jantung," jelasnya.
Profesor Sir Nilesh Samani, Direktur Medis di British Heart Foundation, mengatakan hal ini menunjukkan peran berharga yang dapat dimainkan oleh teknologi berbasis AI dalam mengidentifikasi pasien yang paling berisiko terkena serangan jantung di masa depan.
"Kami berharap bahwa teknologi ini pada akhirnya akan diterapkan di seluruh NHS, dan membantu menyelamatkan nyawa ribuan orang setiap tahunnya yang mungkin tidak diobati," tuturnya.
Hal ini terjadi ketika NHS mengungkapkan serangkaian skema percontohan menggunakan AI untuk mencoba mencegah masuk rumah sakit pada musim dingin ini.
Upaya tersebut termasuk inisiatif di Buckinghamshire untuk melacak kebiasaan makan dan minum orang-orang lemah di rumah mereka dalam upaya mencegah mereka dirawat di rumah sakit. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News