Tempat Singgah Burung Langka, Danau Limboto Gorontalo Harus Baik

15 Agustus 2019 23:52

GenPI.co – Nasib jenis burung ini memang menyedihkan, populasinya terus menurun dalam beberapa decade terakhir. Burung ini adalah Kedidi leher merah atau nama dalam bahasa latinnya Calidris ruficollis. Bentuk fisiknya kecil, sekitar 15 cm, kadang-kadang kehadirannya saat mencari makan di persawahan, rawa, sungai atau danau, khususnya di Provinsi Gorontalo, mencari makan tidak diketahui karena bentuknya yang mungil.

Secara fisik dalam Wikipedia dijelaskan Kedidi leher merah memiliki ukuran tubuh yang mungil, pada bagian atasnya berwarrna coklat keabu-abuan, berbintik dan bercoret, alis mata putih. Pusat tungging dan ekor coklat gelap. Sisi ekor dan bagian bawah putih. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Mengunjungi gosong lumpur dalam jumlah besar, aktif berjalan atau berlarian, mencari makan.

Kedidi leher merah adalah spesies burung dari keluarga Scolopacidae, dari genus Calidris. Burung mungil ini menyukai kawasan lumpur yang digenangi air untuk mencari makan moluska, krustasea. Makanannya ini memang hidup di daerah yang berlumpur atau muara pasang surut.

“Jenis yang diperkirakan populasinya menurun hampir sepetiganya dalam beberapa dekade ini, terbang ribuan kilometer setiap periodenya mengikuti Jalur Terbang Asia Timur-Australasia,” kata Ragil Satriyo Gumilang, starf Wetlands International Indonesia, Kamis (15/8/2019).

Baca juga :

Penggiat Lingkungan Lakukan Ini di Festival Burung Migran 2019

Dispar-BI Galang Kekuatan untuk Dukung Gorontalo Karnaval Karawo

Yaser Arafat Jadi Ketum Ikatan Persaudaraan Qori-Qoriah Gorontalo

Kedidi leher merah memang burung mungil, namun jangan meremehkan kekuatannya, ia adalah burung yang tangguh, yang mampu terbang ribuan kilometer untuk mengembara melintasi samudera dan benua.

Burung ini merupakan jenis migran, yaitu burung yang lokasi berbiaknya berada di kawasan utara dunia. Saat musim dingin tiba, habitat hidupnya dipenuhi salju, bahkan membeku sehingga kawasan burung ini melakukan perjalanan panjangnya kea rah bumi bagian selatan.

Sambil melintasi banyak Negara, burung-burung ini singgah sejenak dalam rute migrasinya, mereka istirahat dan mencari makan sebelum meneruskan perjalanan jauhnya.

Burung imut ini berbiaknya di Siberia dan Alaska. Daerah ini adalah kawasan utara bumi yang rutin mengalami musim dingin yang mematikan. Pada saat itulah secara berkelompok burung ini memulai pengembaraannya yang jauh menuju kawasan dunia yang lebih hangat. Mereka bermigrasi hingga ke Asia Tenggara, Indonesia dan Australia.

Kedatangan burung migran di Indonesia selalu ditunggu wisatawan yang menyukai birdwatching atau pengamatan burung. Mereka akan mengabadikan momen penting, kedidi leher merah yang mungil mencari makan dan beristirahat.

Kedatangan burung kedidi leher merah secara periodik ke Danau Limboto harus dilihat sebagai fenomena alam yang besar. Tanpa banyak diketahui oleh masyarakat ribuan burung pengelana ini akan menyinggahi kawasan lumpur untuk mencari makan.

Jika kawasan di jalur terbangnya ini mengalami perubahan atau rusak, maka si mungil kedidi leher merah ini akan mengalami nasib yang tragis, mereka akan mengalami kelaparan dan akhirnya mati dalam perjalanan panjang mereka. 

Padahal untuk sampai di sini mereka telah menghadapi rintangan alam yang sangat berat, hujan badai, kebakaran hutan dan lahan, asap tebal, terik matahari, badai, angin kencang. Belum lagi ancaman akibat ulah manusia seperti perburuan, dan perusakan habitat.

“Pengelolaan danau yang baik, seharusnya menjadi salah satu manifestasi perlindungan burung-burung migran di Danau Limboto, Gorontalo. Ini harus difikirkan semua pihak agar fungsi danau tetap lestari,” papar Ragil Satriyo Gumilang.

Sementara itu Ajeng Mawaddah, Duta Burung meminta semua pihak untuk mempertahankan kualitas kawasan lahan basah sebagai daerah persinggahan burung migran, di lokasi ini juga menjadi habitat burung-burung air dan satwa lainnya.

Ajeng Mawaddah yang juga presenter Kompas TV ini berharap pengelolaan kawasan lahan basah yang secara rutin menjadi persinggahan burung migran tetap berpedoman pada aturan pro-lingkungan.

“Pedekatannya harus utuh, tidak sepotong-potong. Jangan pernah ada membangun gedung-gedung di pinggir danau hanya untuk kepentingan sesaat, kita harus menghitung pentingnya kehidupan bagi satwa seperti burung migran yang rutin mengunjungi lokasi ini,” ujar Ajeng Mawaddah.

Video heboh hari ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co