GenPI.co - Jepang siap memberlakukan tarif tol dan batasan harian terhadap jumlah orang yang diizinkan mendaki Gunung Fuji yang ikonik.
Dilansir Times of India, jika laporan ini benar adanya, pemerintah daerah yang mengawasi rute pendakian terkenal menuju puncak Gunung Fuji di Jepang akan mengambil tindakan tegas untuk mengatasi tantangan yang makin meningkat di gunung ikonik tersebut.
Dengan fasilitas yang ada yang tertekan, meningkatnya jumlah korban cedera, dan meningkatnya kekhawatiran akan sampah, pemerintah prefektur Yamanashi telah menetapkan tarif tol dan menerapkan batasan harian sebanyak 4.000 pendaki di Jalur Yoshida yang populer.
Hal itu akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Juli saat dimulainya jalur pendakian. Musim pendakian musim panas selama 70 hari.
Gubernur bulan Februari Kotaro Nagasaki, dalam konferensi pada tanggal 20 Desember, mengungkapkan bahwa beberapa peraturan akan ditegakkan.
Kebijakan ini termasuk membatasi pendaki untuk memulai jalur antara pukul 16.00 dan 02.00, dan memberlakukan tarif tol untuk berkontribusi pada pemeliharaan jalur pendakian dan pembangunan tempat berlindung jika terjadi letusan.
Besaran tol tersebut akan ditentukan pada bulan Februari.
Keputusan untuk membatasi pendaki dan mengenakan biaya telah mendapat dukungan dari kelompok pelestarian lingkungan dan organisasi pemandu yang berdedikasi terhadap kesejahteraan Gunung Fuji.
Tatsuo Nanai, sekretaris jenderal Klub Fuji-san, mengakui aspek positif dan negatif dari langkah tersebut.
Meskipun dia menyadari bahwa membatasi pendaki dan menerapkan biaya mungkin menghalangi beberapa orang, sehingga berpotensi berdampak pada perekonomian lokal.
Dia menekankan kebutuhan mendesak untuk mengatasi masalah seperti sampah dan fasilitas yang tidak memadai, termasuk kurangnya toilet umum dan timbunan kotoran manusia.
Tantangan unik Gunung Fuji lebih dari sekadar permasalahan lingkungan. Masalah keselamatan adalah hal yang terpenting, karena puncak tertinggi di Jepang membuat pendaki mengalami kekurangan oksigen dan mabuk ketinggian.
Banyak pendaki, yang tidak siap menghadapi kondisi yang keras, menghadapi bahaya karena suhu turun di bawah titik beku dan angin kencang.
Laporan mengenai korban jiwa, batu runtuh, dan cedera semakin menyoroti sifat Gunung Fuji yang tak kenal ampun.
Pihak berwenang sangat prihatin dengan 'pendakian peluru', sebuah praktik di mana pendaki mendaki sepanjang malam tanpa beristirahat di tempat penampungan.
Strategi yang bertujuan untuk mencapai puncak sebelum matahari terbit ini menimbulkan risiko yang signifikan karena kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi dan kurangnya tempat berlindung yang layak. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News