Bikin Senang Wisatawan, Borong Oleh-Oleh di Pasar Gede Bisa Bayar Pakai QRIS

30 April 2024 06:30

GenPI.co - Meimei tidak perlu khawatir lagi tak membawa uang tunai dalam jumlah banyak saat belanja berbagai oleh-oleh di Pasar Gede Solo. Warga Solo yang merantau ke Jakarta ini kerap belanja oleh-oleh saat pulang kampung. Dia biasanya membeli keripik cakar ayam hingga teh oplosan.

“Teman-teman di Jakarta suka nitip teh Solo, katanya enak,” kata dia, saat diwawancara GenPI.co, Minggu (21/4).

Saat Lebaran kemarin, dia belanja banyak oleh-oleh. Meskipun begitu, dia tak khawatir uangnya tak cukup karena ternyata banyak pedagang di Pasar Gede Solo yang sudah melayani pembayaran nontunai seperti QRIS.  

BACA JUGA:  Enggak Perlu Bawa Uang Tunai, Jajan di Selter Manahan Solo Tinggal Bayar Pakai QRIS

Menurut dia, adanya QRIS ini memudahkan dia sebagai pembeli karena tak perlu membawa uang dalam jumlah banyak. Selain itu, dia tak perlu menyiapkan uang receh apabila pedagang tak memiliki kembalian. 

Warga lain, Novita, juga kerap jajan di Pasar Gede Solo. Meski sebenarnya harga oleh-oleh di sini lebih mahal, tapi semua ada. Jadi, pembeli yang kebanyakan wisatawan senang bisa membeli apa saja.

BACA JUGA:  Belanja Makin Mudah di Ngarsopuro Night Market Solo, Enggak Pakai Ribet Tinggal Scan QRIS

“Paling sering beli teh oplosannya, meski ya agak mahal sih. Tapi, pasarnya cukup komplet kalau mau mencari oleh-oleh khas. Mana sekarang ada QRIS, jadi makin gampang kalau belanja, tinggal scan,” ungkap dia, saat ditemui GenPI.co, Senin (29/4).

Salah satu penjual oleh-oleh, Sigit, mengaku menyediakan QRIS untuk pembayaran setahun belakangan. Dia menerangkan saat itu ada bantuan dari Bank BRI untuk penyediaan QRIS bagi pedagang tradisional di pasar wisata ini.

BACA JUGA:  Tinggal Scan QRIS, Bayar Jajan di Pasar Takjil Ramadan di Solo Antiribet

“Awalnya inisiatif bikin (QRIS) sendiri ke bank karena banyak pembeli yang nanyain, tapi lalu ada dari bank, ya sudah saya pakai sampai sekarang,” tutur dia.

Sigit menjelaskan jumlah pembeli yang menggunakan QRIS sama banyaknya dengan yang membayar tunai. Dia menjajakan aneka keripik seperti cakar, paru, usus, belut, dan kulit ayam sehari-hari.

Keripik cakar ayam dijual dengan harga Rp 30.000, usus Rp 30.000, paru Rp 45.000, kulit ayam Rp 45.000, dan belut Rp 30.000. Dia membikin sendiri aneka keripik ini yang digoreng langsung di lapaknya sehingga selalu baru.

“Lebaran kemarin ramai, pengunjung naiknya 100%. Mereka kan dari luar kota seperti Jakarta, jadi banyak yang bayar pakai QRIS. Saya seneng-seneng aja pembeli mau bayarnya pakai apa enggak masalah,” papar dia, saat diwawancara GenPI.co di lapaknya, Senin.

Penjual oleh-oleh lainnya, Supriyanti, mengaku menyediakan pembayaran nontunai (QRIS) seiring adanya program dari Bank BRI yang membantu para pedagang Pasar Gede. QRIS dipajang di lapak bagian depan di antaranya oleh-oleh yang dijualnya seperti mete, emping, aneka keripik, teh oplosan, dan berbagai wedang.

“Banyak juga yang pakai (QRIS), mbak. Lebaran kan yang datang dari Bandung dan Jakarta, mereka tanya QRIS langsung,” ujar dia,  saat diwawancara GenPI.co di lapaknya, Senin.

Perempuan yang akrab disapa Yanti ini membeberkan untuk pembayaran nontunai disediakan transfer dan QRIS. Akan tetapi, dia juga menerima uang tunai. Menurut dia, sejumlah channel pembayaran disediakan demi memudahkan pelanggan.

“Bayar QRIS bikin saya enggak ribet harus menyediakan uang receh kembalian. Tapi, yang bayar tunai juga masih banyak,” terang dia.

Dia menjual mete seharga Rp 170.000/kilogram (kg), lalu teh oplosan Rp 25.000, aneka wedang Rp 25.000, serundeng Rp 20.000, dan rambak kulit Rp 30.000 - Rp 35.000. Selain itu, ada pula keripik cakar ayam Rp 30.000, usus Rp 30.000, dan paru Rp 40.000.

Sementara itu, Pimpinan Cabang (Pinca) BRI Slamet Riyadi Solo Agung Ari Wibowo menjelaskan pihaknya harus menjaga alat aksepsi seperti QRIS dan electronic data capture (EDC) di Solo. Apalagi di Solo muncul banyak merchant baru yang didominasi usaha kuliner.

“Ini segmentasi kami ke depan, untuk menciptakan pertumbuhan baru sisi reliabilitas kami. Kalau warung kecil atau pedagang keliling lebih tepatnya QRIS. QRIS ini adalah tools memudahkan pembayaran ke rekening secara realtime, meski Sabtu atau Minggu,” terang dia, saat ditemui di kantornya, Senin (18/3).

Agus menerangkan Bank BRI sebagai lembaga intermediary memiliki tugas menghimpun dana lalu menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Selain itu, pihaknya juga berkomitmen melakukan transformasi digital.

“QRIS dan EDC di Solo dari segmen bisnis itu lebih ke perdagangan dan jasa. Kalau dari sisi sektor usaha (BPS) lebih ke perdagangan batik,” tutur dia.

Menurut dia, Bank BRI memiliki visi memberi makna Indonesia dengan memberdayakan masyarakat sebagai penopang perekonomian nasional. Salah satunya adalah dengan mendampingi UMKM hingga mereka naik kelas.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co