GenPI.co - Peneliti senior SMERU Ulfah Alifia mengatakan bahwa keluarga dengan anak banyak cenderung berpendidikan rendah.
Hal tersebut merupakan hasil riset, terkait upaya penurunan jumlah anak tidak sekolah (ATS) di Indonesia.
“Keluarga dengan anak banyak cenderung berpendidikan rendah, kecuali anak terakhir yang diupayakan untuk tetap sekolah,” ujarnya dalam webinar “Pendidikan Berkeadilan melalui Penanganan Anak Tidak Sekolah”, Senin (8/11).
BACA JUGA: Kecanduan Gawai, Puluhan Siswa Memilih Putus Sekolah
Ulfa mengatakan bahwa beberapa rumah tangga juga mendorong anaknya untuk putus sekolah, demi membantu keluarga mendapatkan penghasilan.
“Anak-anak yang putus sekolah karena mereka lebih memilih untuk bekerja di sektor informal,” katanya.
BACA JUGA: SMERU - Indonesia Pintar Gagal Turunkan Angka Anak Tak Sekolah
Selain itu, tingkat pendidikan dari kepala keluarga juga memengaruhi seorang anak untuk tetap berada di sekolah.
“Makin tinggi pendidikan kepala keluarga, makin besar (peluang) sang anak mengenyam tingkat pendidikan yang sama atau bahkan bisa lebih tinggi,” ungkapnya.
BACA JUGA: UNICEF: Data Pemerintah Soal Anak Tak Sekolah Masih Belum Lengkap
Lebih lanjut, Ulfa menegaskan bahwa tak ada hubungan signifikan antara penerimaan dana bantuan dari Program Indonesia Pintar (PIP) dengan perubahan tingkat putus sekolah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News