Cita Rasa Asli Bahasa Jaton di Desa Reksonegoro

Cita Rasa Asli Bahasa Jaton di Desa Reksonegoro - GenPI.co
Masyarakat Jaton di Gorontalo

“Weyan sego wi ya kurek (ada nasi dalam kuali)?” Kalimat itu diucapkan  Husin Suronoto (35), warga Jawa Tondano yang berasal dari Desa Reksonegoro.

Husin menggunakan bahasa Jaton yang berasal dari 2 bahasa asal, Tondano dan Jawa. Kata sego berarti nasi, sedangkan kata lainnya berasal dari Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.

Bahasa Jaton merupakan merupakan bahasa percakapan masyarakat Desa Reksonegoro di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Desa ini didirikan pada tahun 1925 oleh sekelompok orang Jaton yang datang dari Tondano, Minahasa. Desa ini merupakan komunitas ketiga setelah Yosonegoro (1902), dan Kaliyoso (1915).

Bahasa Jaton merupakan hasil akulturasi para pria Jawa yang dibuang Belanda ke Minahasa setelah diperdayai dalam Perang Jawa tahun 1830. Saat menginjakkan kaki di Manado, mereka tidak membawa keluarga, para prajurit Jawa ini lalu digiring ke perbatasan Tonsea Lama dan Tondano melalui Sungai Tondano melewati Tanggari.

Desa Reksonegoro dianggap sebagai referensi untuk mengetahui keaslian citarasa bahasa Jaton. Dari 3 desa Jaton, Reksonegorolah yang paling “udik”. Desa ini relatif terjaga dari pengaruh budaya lain.

Karena relatif “tersembunyi”, keberadaan bahasa Jaton di Reksonegoro dianggap yang paling terjaga sejak awal. Hal ini dikarenakan lingkungan di desa masih belum banyak mendapat pengaruh dari luar.

“Kalau di Kampung Jawa Tondano, bahasanya sudah lebur dengan Bahasa Tondano. Istilah-istilah yang berasal dari jawa pada masa lalu sudah tergantikan dengan istilah setempat,” kata Husin Suronoto

Sementara desa-desa yang dihuni masyarakat Jaton lainnya juga sudah banyak mendapat pengaruh dari budaya luar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya