Lomba Bidar, Cara Orang Palembang Gegap Gempita Rayakan HUT RI

Lomba Bidar, Cara Orang Palembang Gegap Gempita Rayakan HUT RI - GenPI.co
Meski tidak seseru dulu, baik peserta dan penonton lomba perahu bidar. Perhelatan ini tetap digelar dengan semangat membara para pesertanya pada HUT Kemerdekaan RI.

Lomba Bidar bisa dikatakan adalah acara yang paling ditunggu oleh warga Palembang sepanjang tahun. Karena itu bila lomba dilaksanakan saat 17 Agustus maka Palembang menjadi seperti “kota mati”.

Warganya menghilang dari segenap perkampungan di banyak bagian kota, suasananya sepi, seperti tanpa kehidupan. Ternyata mereka semua tumpak di sekitar Sungai Musi. 

Jembatan Ampera ditutup dari kendaraan karena dipenuhi warga, sementara warga lainnya memenuhi tanah lapang di tepi sungai, dan lainnya menumpang ke rumah keluarga atau tetangga yang berada di tepi sungai. Semuanya berdesak-desakkan hendak menonton Bidar. 

Mereka membawa makanan, minuman, dan menggelar tikar di tepi sungai, pelesiran bersama keluarga sembari menyaksikan adu cepat mengayuh Bidar.

Namun seiring perkembangan zaman, jumlah pendayung perahu semakin sedikit sehingga terjadi banyak perubahan pada ukuran perahu, jarak tempuh lomba, dan penonton Bidar.

Jumlah pendayung yang semakin sedikit membuat Bidar semakin pendek, agar pendayung bisa dibagi ke beberapa perahu. Jarak tempuh lomba pun dikurangi dari 3.000 meter menjadi 500 meter. 

Lintasannya menjad lebih pendek ini juga berpengaruh ke jumlah penonton dari tepian sungai Musi. Jika dulu warga bisa menonton bersama tetangga dan keluarga langsung dari rumah mereka, maka kini mereka harus berangkat terlebih dahulu ke pelataran Benteng Kuto Besak agar dapat melihat Bidar. 

Acara yang dahulu semarak, kini meredup walau semangat masih tetap menyala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya