Catatan Dahlan Iskan: Haji Aseng

Catatan Dahlan Iskan: Haji Aseng - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

GenPI.co - Ia sudah lama menunggu saya. Di depan masjid besar di kota kecil itu. "Kita salat Duha dulu," katanya.

Kami pun menuju tempat ambil air wudu. Yang mengajak salat itu Aseng. Itu nama panggilan. Nama lengkapnya Djie Tjin Seng.

Ia pengusaha besar. Ia lahir di Tarakan. Besar di Balikpapan. Usahanya di banyak kota. Rupanya ia biasa bersalat Duha.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Penembakan AS: Dokter Pasien

Tidak seperti saya. Itu adalah salat Duha saya yang pertama –setidaknya dalam dua tahun terakhir.

Dalam hal salat saya kalah jauh dari Aseng. Bukan saja seringnya, juga khusyuknya. Saya perhatikan salatnya: tiga kali lebih lama dari salat saya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tangis Mama

Sambil menunggu Aseng menyelesaikan salat Duha –salat khusus ketika matahari setinggi penggalah– saya menuju tumpukan Alquran di rak yang menempel di dinding. Ingin tahu saja.

Itulah tumpukan Quran khas masjid zaman sekarang: banyak juga buku kecil ditaruh di situ. Isinya: doa dan tahlil. Sampulnya:  gambar orang yang telah meninggal dunia. Atau nama orang itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Ganjar Pranowo: Munaslub Kendaraan

Itulah buku yang diterbitkan untuk memperingati orang yang meninggal dunia. Biasanya buku seperti itu dibagikan kepada peserta doa di rumah duka. Lalu sebagian ditaruh di masjid.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya