Sriwijaya Memang Bukan Kerajaan, Tapi Kadatuan

Sriwijaya Memang Bukan Kerajaan, Tapi Kadatuan - GenPI.co
Sriwijaya pada masanya menerapkan sistem kedatuan yang lebih menyerupai kekaisaran ketimbang kerajaan. (Foto: jantungmelayu.com)

Laporan itu mememberi petunjuk bahwa Sriwijaya saat dirinya kembali telah menundukkan Malayu. I-Tsing lalu menetap cukup lama di Sriwijaya, dari tahun 685 sampai tahun 695 yang diselingi dengan beberapa kali pulang ke Kekaisaran China.

I-Tsing pada kali pertama menyebut Sriwijaya sebagai Kuo, Kata Kuo dipergunakan oleh orang China pada masa itu untuk menyebut suatu kelompok masyarakat yang teratur dan memiliki kepemimpinan.

Pada masa modern, menurut Sejarawan Inggris dari Universitas Cornell OW Wolter, Sriwijaya adalah federasi dari beberapa pelabuhan dagang yang ada di kepulauan Asia Tenggara.

Sementara Hermann Kulke, sejarawan asal Jerman, menganggap bahwa Sriwijaya adalah bentuk kekuasaan yang unik dan khas Asia Tenggara, yang dia sebut dengan ‘Kadatuan'.

Kulke meyakini bahwa Sriwijaya pada awalnya adalah Kadatuan, suatu bentuk kekuasaan atas suatu wilayah yang dipimpin oleh kepala suku. Kadatuan Sriwijaya lalu berkembang dan menjadi Kerajaan pertama di nusantara yang berhasil memperluas otoritas politiknya melampaui batas vanua-ya sendiri ke pedalaman samaryyada. 

Kekuasaan Sriwijaya juga merengkuh hingga ke pusat perdagangan yang dikendalikan kepala suku lokal yang lebih kuat seperti kota pelabuhan Malayu dan Kedah. Sriwijaya kemusiam mendirikan suatu bentuk hegemoni atas mandala-mandala di luar wilayah intinya.

Pendapat yang kurang lebih sama diajukan oleh Pierre-Yves Manguin yang menganggap Sriwijaya adalah sebuah negara kota. Manguin adalah Profesor dari Lembaga Ilmu-ilmu Asia Perancis atau EFEO.

Ahli bahasa-bahasa kuno De Casparis mengkaji salah satu kata yang ada dalan prasasti Telaga Batu, yaitu kata ‘Huluntuhan’. Menurutnya ‘Huluntuhan' diartikan sebagai kerajaan atau kekaisaran. kata ini dibentuk dari dua kata yakni ‘hulun' dan ‘tuhan. ‘Hulun’ artinya ‘budak’ atau ‘orang taklukan’ dan ‘tuhan’ artinya adalah ‘penguasa’. Dengan demikian ‘Huluntuhan' adalah tempat di mana terdapat hubungan antara Penguasa dan orang taklukan, yang memberi petunjuk memengenai sebentuk  kekuasaan yang berperang dan mengahkan penguasa lain dan membuatnya menjadi bawahan.

Ini mengingatkan kembali kepada berita yang disampaikan oleh I-Tsing bahwa setelah dia pulang dari India.  Dia mendapati bawa kota pelabuhan Malayu kini telah menjadi bagian dari Sriwijaya.

Kata lain yang dikaji oleh De Casparis adalah ‘Kadatuan’. De Casparis mengatakan bahwa Kadatuan lebih dekat dengan  kekaisaran. Itu  karena dalam Kadatuan terdapat banyak mandala atau daerah yang sebelumnya berdiri sendiri namun kini berada di bawah kekuasaan Kadatuan. Istilah ini yang  dipilih oleh Kulke untuk menggambarkan Sriwijaya.

Kadatuan Sriwijaya adalah kerajaan berbasis perairan yang terdiri dari kota pelabuhan-kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan.

Video populer saat ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya