Catatan Dahlan Iskan: Hidup Fanatisme

Catatan Dahlan Iskan: Hidup Fanatisme - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Kepentingan bupati/wali kota adalah meningkatkan gairah masyarakatnya. Gairah yang bisa melahirkan jiwa partisipasi. Yakni partisipasi bagi pembangunan daerah. Bisa lewat apa saja: salah satunya sepak bola.

Maka bupati/wali kota adalah gas. Ia perlu menginjak gas kuat-kuat agar gairah itu meluap-luap. Agar hidup lebih hidup. Pembangunan lebih semarak. Termasuk pembangunan di kota/kabupaten tersebut.

Muaranya harus untuk pembangunan. Kapolres/ta/tabes, adalah remnya. Ia harus menginjak rem itu ketika jalannya mobil sudah berbahaya. Tapi tidak bisa juga rem itu diinjak terus. Mobil tidak akan bisa berjalan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Bonek dan Aremania: Harapan Kanjuruhan

Untuk apa ada rem kalau mobilnya diniatkan untuk tidak berjalan. Kadang mobil harus nyenggol pagar. Atau tiang. Itu masih normal. Jangan sedikit-sedikit harus injak rem.

Cara mengerem pun harus terukur. Rem yang terlalu mendadak bisa membuat mobil terguling --seperti di Kanjuruhan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Tragedi di Malang: Kanjuruhan Mangindaan

Menggairahkan warga lewat olahraga adalah resiko yang terendah. Daripada lewat fanatisme suku. Atau marga. Atau ras. Atau golongan. Apalagi agama.

Tapi mengelola olahraga tidak sama dengan mengelola ormas atau partai. Bahasa yang digunakan juga harus bahasa olahraga - -bahasa bola untuk sepakbola.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Kejadian Stadion Kanjuruhan: Tragedi Prestasi

Bahayanya hanya satu. Untuk zaman sekarang: yakni kalau sudah ada yang pansos lewat sepak bola. Atau berusaha mempolitikkan sepak bola. Dan olahraga lainnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya