Catatan Dahlan Iskan: Juara Kopi

Catatan Dahlan Iskan: Juara Kopi - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Di Pontianak budaya ngopi di warung sangat dalam. Ngobrol apa saja di situ. Terutama soal politik yang mereka ketahui dari koran.

Pulang sekolah, John ke warung. Membantu sang ibu. Ketika masuk SMA Immanuel, ada industri rumahan penggorengan kopi di dekat sekolah itu. Ia selalu menghirup aroma kopi yang disangrai.

"Saya sudah terbiasa dengan aroma kopi," ujar John.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pelabuhan Baru Kalbar: Merencanakan Nasib

Sisi baik dari banyaknya kafe sekarang ini: bisa memunculkan banyaknya kegiatan pelatihan di bidang kopi. Ada pelatihan roaster. Pelatihan barista. Pelatihan brewer.

Pun pelatihan itu sampai ke sisi hulu. Terutama bagaimana memproses buah kopi setelah dipetik dari pohonnya. Ternyata begitu banyak pilihan cara memprosesnya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Anwar Ibrahim: Cinta Pengkhianat

Tidak lagi sekadar dipetik, dijemur, dan dikupas. Selama ini banyak anggapan bahwa kopi terbaik tergantung dari daerah asalnya. Itu benar juga. Tapi yang lebih menentukan adalah bagaimana memproses biji kopi setelah dipetik.

Nilai tambah terbesar dari harga kopi adalah justru di proses itu. Pelatihan di bidang ini lebih sulit. Siapa petani kopi yang mau memperhatikan sampai detail-detail begitu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Politik Malaysia: Kenduri Kabinet

Tapi persaingan di bidang kopi mau tidak mau akan ke sana. Mungkin perlu menunggu para petani muda yang punya pikiran lebih terbuka. Begitu proses pengeringan kopi dilaksanakan secara lebih baik harga harga kopi pun bisa lebih baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya