Catatan Dahlan Iskan: Tahlil Kanjuruhan

Catatan Dahlan Iskan: Tahlil Kanjuruhan - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

GenPI.co - Saya telat tiba di Kanjuruhan  Selasa malam lalu. Sudah pukul 21.00. Acara dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim di Jakarta lebih lama dari yang saya duga.

Bulan bulat sudah cukup tinggi di langit Kanjuruhan. Itu purnama ketiga pasca bencana besar 1 Oktober tahun lalu.

Bayangan saya: halaman Kanjuruhan penuh sesak Aremania/Aremanita. Saya akan sulit mencapai panggung di depan. Malam itu hari yang sangat penting: peringatan 100 hari tragedi terbesar ketiga dalam sejarah sepak bola dunia.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Asteroid: Ceres Swasta

Saya kaget: sepi sekali. Nyaris lengang. Tidak sampai 200 orang yang mengelilingi nyala 100 lilin di halaman luas itu. Saya ketinggalan satu acara: pemutaran thriller film Kanjuruhan. Tapi tahlil dan doa belum dimulai.

Di depan panggung masih tampil Kapolres Malang memberi sambutan. Singkat. Padat. Rendah hati. Minta maafnya berkali-kali. Ia juga masih menawarkan kalau ada suporter Arema yang perlu dibantu pengobatan. Fisik maupun psikis.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Indonesia dan Malaysia: Emosi Serumpun

Di sebelah saya duduk tokoh sepak bola nasional masa lalu: IGK Manila. Manajer timnas SEA Games 1991. Yang pernah membawa Indonesia juara sepak bola SEA Games 1991.

Setelah itu sepak bola Indonesia tak pernah meraih emas SEA Games lagi. Ia membawa uang kontan Rp 135 juta. Untuk dibagi ke semua keluarga korban Kanjuruhan yang meninggal dunia.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pembunuhan Mahasiswa: Senyum Tulip

Mengapa sepi? Seperti sebuah antiklimaks? Acara 100 hari Kanjuruhan ternyata dibagi tiga: di keluarga masing-masing di hari Sabtu malam. Di Kepanjen Minggu pagi: lari bersama. Lalu Senin malam itu: doa dan tahlil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya