Catatan Dahlan Iskan: Yourway Myway

Catatan Dahlan Iskan: Yourway Myway - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

GenPI.co - Minggu depan, genap lima tahun saya menulis di Disway. Setiap hari. Tanpa absen satu hari pun. Pun ketika saya di pedalaman Amerika. Atau Tiongkok. Atau India.

Atau Pakistan. Atau pun ketika sedang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. Anda pun sudah hafal gaya tulisan saya. Mungkin sudah ada yang mulai bosan. Atau terganggu. Atau ketagihan.

Mulailah muncul komentar-komentar yang isinya seperti masakan Thailand: pedas, kecut, renyah, gurih, hambar, jadi satu. Dan yang paling menghibur ini: banyak komentar yang lucunya membuat saya tertawa sendiri.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Uya Kuya: Uya Utama

Pun ketika di sebelah penumpang di dalam pesawat. Tentu saya punya banyak masalah rumit di kehidupan ini. Yang memakan energi. Mengerutkan wajah. Memutihkan rambut.

Tapi begitu sering kelucuan di komentar itu yang melonggarkan saraf-saraf tegang saya. Mungkin karena itu wajah saya gagal berkerut. Dan rambut saya gagal memutih semua.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Kongres PSSI: Barang Enak

Tentu banyak juga tulisan yang isinya lebih bagus dari isi tulisan saya sendiri. Yang gaya bahasanya juga punya ciri khas tersendiri. Sampai-sampai saya sering terpikir: selamat akan saya coba Disway terbit tanpa tulisan saya.

Atau hanya berisi judul saja, tanpa isi. Pasti tidak ada yang terasa hilang. Toh banyak pembaca yang memulai membaca Disway justru dari komentarnya dulu. Ini penghinaan yang jujur sebenarnya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Penembakan di AS: Brandon Assamariyyun

Tapi kalau faktanya begitu maka saya tidak bisa mengenakan pasal penghinaan. Penghinaan yang benar adalah kebenaran. Maka pasal yang harus dikenakan bukanlah pasal penghinaan tapi pasal introspeksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya