Tradisi Tabuh Rah Pengangon Digelar Warga Badung, Ada Apa?

Tradisi Tabuh Rah Pengangon Digelar Warga Badung, Ada Apa? - GenPI.co
Sejumlah warga melempar ketupat ke arah warga lainnya dalam tradisi perang ketupat di Desa Kapal, Badung, Bali, Minggu (13/10). (ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo)

GenPI.co - Warga Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, mengikuti tradisi Tabuh Rah Pengangon atau Perang Ketupat.

"Tradisi yang kami lakukan setiap tahun ini bertujuan untuk memohon kemakmuran masyarakat khususnya lahan pertanian," ujar Bendesa Adat Kapal, I Ketut Sudarsana, di Mangupura, Minggu (13/10).

Dalam tradisi tersebut, ratusan warga sebelumnya mengawali tradisi ini dengan penampilan tarian tradisional Bali.

Selanjutnya, tradisi dilakukan dengan saling melemparkan ketupat antara kelompok laki-laki yang melempar simbol Purusa dan kelompok wanita yang melempar ketupat dengan simbol Predana atau perempuan.

Selanjutnya, tradisi perang ketupat dilanjutkan oleh ratusan warga yang dilakukan di luar kawasan Pura Desa setempat.

Ketut Sudarsana menjelaskan, tradisi tersebut dilaksanakan setahun sekali yang dilaksanakan pertama kali pada tahun 1339 masehi.

"Melalui tradisi ini kami warga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menganugerahkan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Desa Kapal," katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Badung, I Ketut Suiasa yang menghadiri sekaligus mengikuti prosesi Tradisi Perang Ketupat itu mengatakan, atas nama pemerintah ia menyambut baik pelaksanaan tradisi tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya