Kisah Para Simbok di Pasar Kakilangit.

Kisah Para Simbok di Pasar Kakilangit. - GenPI.co
Bu Suti, merasakan berkah dengan adanya Pasar Kakilangit

Jika kamu berkesempatan mainke Pasar Kakilangit di Jogja, ajaklah Simbok penjual makanan yang kamu pesan untuk bercakap-cakap. Jangan kaget jika mata mata kamu berkaca-kaca saat mendengar cerita mereka.

Sebelum berjualan di pasar besutan GenPI Jogja ini, keseharian para simbok itu adalah mengolah tanah. Suami mereka? Ada yang berprofesi sebagai pengrajin mainan dari kayu. Beberapa yang lain boleh dibilang cukup beruntung  lantaran menjadi pegawai negeri sipil di Kebun Buah Mangunan. Ada pula yang  nyambi memelihara satu atau dua ekor sapi, seperti yang dilakukan Bu Suti.

"Saya punya dua ekor sapi, satunya hampir beranak. Satunya lagi, hamil muda," ujar Bu Suti yang menjual Bubur Kelanan di pasar Kakilangit.  Seekor diangonnya sendiri, sementara seekor lagi, karena tidak mampu menyediakan rumput setiap hari, dipelihara orang lain dengn perjanjian bagi hasil.

Ibu Suti kini bisa bernapas sedikit lega. Ia bisa berdagang makanan di Pasar Kakilangit yang berlokasi di Sendang Mangunan, Dlingo ,Bantul itu. Walau pasar itu hanya buka dua hari dalam seminggu, setidaknya ada penghasilan tambahan yang bisa ia dapatkan. Untuk bisa mendapatkan uang, ia nggak perlu lagi harus menunggu panen atau salah satu sapinya terjual dulu.

Kini, dengan kehadiran Pasar Kakilangit yang berlokasi sementara di Sendang Mangunan, Dlingo, Bantul ini, Bu Suti tidak perlu lagi menanti musim panen atau menjual sapi untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Pasar yang dipercayakan kepada anak-anak muda Genpi Jogja ini mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Simbok lain yang merasakan berkah Pasak Kakilangit adalah Bu Suminah. Sebelum ada Pasar Kakilangit, Bu Suminah hanya menggantungkan hidupnya dari bertani, dengan suami yang mengerjakan usaha membuat suvenir dari bahan kayu.

Berjualan di Pasar Kakilangit sejak Desember 2017, Bu Suminah kini semakin pede melayani kosumen dan tahu pentingnya product knowlendge. Dengan fasih ia menjelaskan berbagai panganan yang terhampar di lapaknya itu. Ia bahkan menjelaskan proses membuat makanan tradisional itu dengan detail. "Ini namanya Mata Roda Pelangi. Yang ini namanya Klepon,” katanya sembari menunjuk makanan yang dimaksud. Klepon ini mirip Cemplon. Kalau Klepon dikukus, kebalikan sama Cemplon, digoreng. Kalau Klepon, parutan kelapa di luar. Beda sama Cemplon, kelapanya di dalam. Yang ini Getuk. Kalau yang sebelah sini, titipan orang lain," katanya menambahkan.

Melihat binar mata para Simbok ini, rasa haru pasti akan menyeruak memenuhi dada. Pasar Kakilangit ini telah menjadi berkah buat mereka. Tangan-tangan kreatif generasi jaman now telah berhasil meracik konsep pasar yang nggak hanya menjadi destinasi wisata, tapi juga memberi kontribusi nyata bagi warga di sekitarnya. Nggak ada lagi waktu menanti dalam kepahitan sampai panen tiba. Dengan berdagang di Pasar Kakilangit,  para simbok sudah bisa punya penghasilan mingguan. Dapur bisa terus mengepul.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya