GenPI.co - "Kenapa tidak nebeng di rumah saya!. Terlalu!"
Yang mengucapkan itu seorang perempuan. Dengan wajah cemberut. Baru sekali ini saya bertemu. Kemarin lusa. Di Stadion Gelora Bung Tomo. Sama-sama menyaksikan kemenangan Bajul Ijo saat lawan Persis Solo.
Dia memang lagi di Indonesia untuk elaborasi program 'Indonesia Lighthouse'. Itu adalah yayasan berbasis di Amerika yang didirikan bersama temanyi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Arus Kuat
Perempuan itu tinggal di daerah San Francisco Bay Area, Amerika Serikat. Kerjanyi –ampun-ampun– di Apple. Jabatannyi: senior project manager.
Nama wanita itu: Ari Sufiati. Sudah 19 tahun di Amerika. Tiga anaknyi tinggal di sana: yang tertua sudah kuliah di UC Davis.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Pemakan Anjing
Saya baru tahu Disway punya sahabat di sana. Sahabat Disway. Selalu mengikuti perkembangan kita. Maka begitu bertemu di stadion kemarin dia langsung komplain. Kenapa selama di Silicon Valley saya justru nebeng di rumah temannya teman. Yakni, Anda sudah tahu, di rumah orang asal Beijing.
Yang salah bukan saya. Ternyata dia selalu membantu DBL –penyelenggara pertandingan basket antar SMA terbesar di Indonesia. Yakni saat DBL mengirim pebasket terbaik SMA se-Indonesia ke Amerika. Tiap tahun. Sebanyak 24 orang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bangsa Keturah
Ari Sufiati (kaus putih) bersama General Manajer DBL Indonesia Yondang Tubangkit (kiri) dan Senior Manager Event DBL Indonesia Astrid Septiana (kanan) saat mendampingi perjalanan skuad DBL Indonesia All-Star 2018 di Los Angeles, Amerika Serikat.-Dokumentasi DBL Indonesia.-
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News