Catatan Dahlan Iskan: Surat Papa

Catatan Dahlan Iskan: Surat Papa - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

GenPI.co - SAYA mesong di hari terakhir Alvin Lim di persemayamannya di Grand Heaven, Pluit Jakarta.

Tiga ruang di lantai dasar di rumah duka itu dibuka jadi satu. Luas. Dipenuhi meja dan kursi.

Di atas meja banyak makanan disajikan. Begitu banyak orang yang mesong –melayat dalam bahasa Hokkian– selama empat hari di persemayaman itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Dansa 90

Keesokan harinya, Jumat kemarin, mayat pengacara Alvin Lim dikremasi. Itu sesuai dengan wasiatnya: dibakar. Lokasi pembakaran di lantai lima Grand Heaven itu juga.

Tuan rumah di tempat mesong itu adalah dua wanita muda –salah satunya masih remaja: Phio, istri Alvin Lim, dan Kate putri Alvin dari istri terdahulu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Foto Pimpinan

Sebentar lagi Kate tamat SMA Katolik di Tangerang.

Dua wanita itulah yang menerima ucapan duka. Tapi Kate lebih sering duduk di kursi di pojok peti mayat papanyi. Pojok kiri atas. Tepat di sebelah kepala sang ayah.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Variasi Unggulan

Kepala Kate disandarkan ke pojok peti itu. Tangan kanannyi membelai pipi sang ayah. Meraba bibirnya. Menyentuh hidungnya. Mengusap telinganya. Saya berlinang menyaksikan itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya