Pemuda Menjaga Budaya Tradisi Mappadendang di Sulsel

Pemuda Menjaga Budaya Tradisi Mappadendang di Sulsel - GenPI.co
Bagi masyarakat suku Bugis kabupaten Barru ada beberapa komunitas petani kampung yang mempunyai tradisi budaya menyambut hasil panen padi

Kalau bukan kita siapa lagi, mungkin ini ungkapan yang paling pas untuk teman-teman pemuda yang ada di Dusun Maddo, Desa Tellumpanua, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pasalnya, mereka dengan gagah terus melestarikan budaya pencat silat hingga era modern seperti ini. Mereka dengan lantang bersuara terus menekuni pencat silat ini sebagai jati diri mereka sebagai penerus generasi saat ini. 

Bagi masyarakat suku Bugis kabupaten Barru ada beberapa komunitas petani kampung yang mempunyai tradisi budaya menyambut hasil panen padi yang disebut dengan Mappadendang atau pencak silat. Ada mappadendang sere api yang ada di kecamatan Pujannanting, mappadendang Mabbolo (pesta panen) di kecamatan Barru dan Mappadendang lawasuji yang ada di kecamatan Balusu. 

Mappadendang itu sendiri merupakan acara adat yang sudah ada dari zaman leluhur sampai sekarang, biasanya dilakukan ritual dimulai dengan Mappangngolo, lalu kemudian Massure' yaitu dibacakan tentang cerita Meong Palo Karellae dalam eps La Galigo selanjutnya dimulailah membunyikan lesung atau Palungeng, dalam tradisi ini ada selingan pencak silat yang dilakukan para pemangku adat maupun para pemuda kampung. 

Baca juga : Sulsel Punya Sutera Terbaik

Dalam tradisi Mappadendang ada kue khas yang disebut Bette dan juga sokko (beras ketan) berwarna warni sebagai ungkapan jika aneka ragam kearifan lokal masyarakat. Khusus untuk tradisi Mappadendang ini, petani di Kabupaten Barru biasanya menggelar kegiatan ini baik sebelum panen maupun setelah panen berlangsung. Semua semata-mata atas kesyukuran atas anugerah yang diberikan oleh sang pencipta.

Seperti halnya untuk acara Mappadendang di dusun Balusu, Kecamatan Balusu. Acara dimulai dengan mappangolo "mappaturung ase rialungeng" (menurunkan Padi dilesung). Lesung sendiri merupakan sebuah kayu dengan panjang 2,5 meter sebagai alat atau tempat padi disimpan lalu kemudian nantinya ibu-ibu yang melakukan pukulan yang menghasilkan irama. 

Aktor yang menggiring alunan diatas lesung biasanya dilakukan oleh tokoh adat yang terdiri dari tiga laki-laki dan empat perempuan. Ada yang sebagai pemimpin yang disebut sebagai pakambo. Pakambo ini mengatur alunan nada yang dihasilkan dari proses mappadendang ini.  

Tradisi Mappadendang di Kabupaten Barru ini kini banyak dilestarikan oleh generasi muda dengan bimbingan tokoh adat dan sesepuh masyarakat Barru. Sehingga Barru merupakan daerah yang masih terjaga akan tradisi kearifan lokal masyarakatnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya