Etika Berhumor di Saat Corona, Menurut Seno Gumira Ajidarma

Etika Berhumor di Saat Corona, Menurut Seno Gumira Ajidarma - GenPI.co
Seno Gumira sastrawan, pemikir humor, sekaligus co-founder Ihik3 ( foto : Novrita Widiyastuti CEO Ihik )

Alasan lain mengapa etika perlu diterapkan dalam berhumor adalah karena sifat humor itu sendiri kaya akan konteks. 

Alhasil, cara setiap orang untuk mencerna suatu humor berbeda- beda, sangat bergantung dari wawasan, pengalaman, pandangan politik, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya. 

Maka dari itu, apa yang menurut seseorang lucu bisa saja dianggap tidak oleh orang lain.

Nah, ketika pelaku humor perlu memiliki etika dan tanggung jawab, para konsumen juga perlu tahu etikanya tersendiri. 

Etika sebagai konsumen humor ini, dicontohkan Seno, adalah dengan tidak menjadikan subjektivitasnya sebagai justifikasi tunggal terhadap suatu humor. 

Sebelum marah-marah atau memprotes humor, kita sebagai konsumen juga perlu berwawasan dulu, sehingga bisa melihat konteks humor tersebut secara luas dan tidak terjebak pada satu perspektif saja.

“Humor itu sering dipermasalahkan oleh orang yang marah. Karena saat seseorang marah [terhadap humor], dia bisa menunjukkan siapa dirinya. Pada masa politik identitas ini, marah terhadap humor bisa jadi alat aktualisasi diri. ‘Apa lagi ya yang harus saya tunjukkan untuk memperlihatkan saya ini siapa?’,” jelas satu dari tiga tokoh pendiri Ihik3 tersebut.

Seno juga berpendapat konsumen humor kalau bisa tidak hanya mengkritik balik humor yang dianggap tidak beretika atau kelewat batas dengan serius, tetapi dengan humor pula.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya