Sejarah Parang Karso Pakualaman (2)

Kadipaten Pakualaman Jadi Tempat Persembunyian Soekarno

Kadipaten Pakualaman Jadi Tempat Persembunyian Soekarno - GenPI.co
Ruangan Parang Karso Pakualaman menjadi bukti nyata eratnya hubungan Soekarno-Hatta dengan Paku Alam VIII. (Foto: Asep)

Keberadaan ruangan Parang Karso Pakualaman yang berada di bagian utara Pura Pakualaman menjadi bukti nyata eratnya hubungan Soekarno-Hatta dengan pemimpin Pakualaman pada saat itu yakni Paku Alam VIII. Kerabat Gusti Putri Paku Alam X, B.R.Ay. Indrokusumo atau yang akrab disapa Kanjeng Indro menceritakan bahwa pada saat itu Paku Alam VIII berperan seperti intel yang membantu kedua proklamator untuk merancang strategi mempertahankan kemerdekaan RI tanpa terlihat oleh musuh dan tanpa menimbulkan peperangan.

“Ya saat itu peran Gusti Paku Alam VIII seperti intel dan penghubung antara Soekarno -Hatta dengan pihak keraton. Karena pada saat itu keduanya gak bisa bebas berkeliaran, kalau bepergian juga harus pakai caping untuk menyamar. Jadi perlindungan itu benar-benar dari pihak kami. Keberadaan Kadipaten Pakualaman yang lebih terpencil juga menjadi alasan pendukung kenapa keduanya disembuyikan disini,” ungkap Kanjeng Indro.

Kontribusi dari Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII dalam upaya mempertahankan kemerdekaan pun berbuah manis bagi pemerintahan Yogyakarta. Dijelaskan dalam buku “Sri Sultan Hamengku Buwono X: Meneguhkan Tahta untuk Rakyat” yang ditulis oleh Margantoro (1999) pada masa pemerintahan keduanya, terjadi perubahan sendi kehidupan di lingkungan keraton Yogyakarta yang sebelumnya berdasarkan sistem pemerintahan tradisional yang feodalistik menjadi bagian dari kekuasaan Republik Indonesia. Bahkan Yogyakarta juga pernah menjadi ibukota dan pusat pemerintahan RI.

Baca juga: Hubungan Presiden Soekarno dan Paku Alam VIII

Dalam bukunya Margantoro (1999) juga menjelaskan bahwa amanat yang dikeluarkan oleh Sri Sultan dan Sri Paku Alam untuk berdiri dibelakang kepeminmpinan Soekarno-Hatta dan menyatukan wilayah Kerajaan dan Kadipaten Yogyakarta untuk melebur dengan pemerintahan pusat pada 20 Agustus 1945 merupakan penegasan bahwa Kesultanan Yogyakarta mendukung penuh kemerdekaan Indonesia.

Keberadaan Parang Karso sendiri menjadi saksi bisu upaya mempertahankan kemerdekaan RI, karena di ruangan itulah kedua proklamator RI banyak berdiskusi tentang penyusunan kabinet dan pemerintahan Indonesia kedepannya.

“Ya di ruangan yang tengah itu kan ruangan rapat, disitu keduanya paling banyak menghabiskan kegiatan untuk diskusi. Pernah juga mereka memanggil para menterinya untuk rapat disitu, tapi ya secara diam-diam. Karena waktu itu statusnya mereka disini memang untuk mencari perlindungan kan,” ujar Kanjeng Indro.

Saat ini Parang Karso Pakualaman masih terus dijaga oleh pihak Kadipaten Pakualaman. Meskipun beberapa barang dan perlengkapan yang ada di dalamnya sudah rusak termakan waktu, namun sejarahnya masih diabadikan secara turun-temurun. Seperti pada saat momen pamitan yang dilangsungkan di Parang Karso pada Senin, 7 Januari 2019 lalu, cerita tentang hubungan Soekarno-Hatta dengan Kanjeng Gusti Paku Alam VIII di Parang Karso tersebut dituturkan oleh Kanjeng Gusti Paku Alam X kepada keluarga dan besannya. (Habis)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya